QALB
DALAM AL-QURA’AN
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas
Mata kuliah : Tafsir
Ayat-Ayat Sufistik
Dosen Pengampu : Dr. Hasyim Muhammad, M. Ag
Disusun oleh:
• Moh.
Sholeh Afif (1604046012)
• Moh.
Hasan Bisri (1604046013)
• Agus
Zaenul Muttaqin (1604046041)
• Dedeh
Kurniasih (1604046043)
TASAWUF
DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
2017
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang qalb. Qalb sendiri memiliki
beberapa pengertian yang mendefinisikannya baik qalb sebagai bagian dari
organ tubuh manusia maupun qalb sebagai sanubari atau kalbu sebagai
pusat sumber perasaan seseorang. Dari dua pengertian ini, masing-masing qalb
yang dimaksud memiliki fungsi yang berbeda. Para ulama juga memiliki pendapat
yang berbeda mengenai qalb yang berbeda walaupun pada dasarnya saling
bersinggungan.
Qalb
secara jasmani adalah suatu organ manusia yang terletak di dada sebelah kiri.
Sedangkan qalb secara rohani merupakan hati yang berada dalam jiwa
manusia dan berfungsi sebagai pusat
perasaan. Biasanya secara spontanitas seseorang akan otomatis mengelus dadanya
jika mengalami sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.Inilah yang menunjukkan
bahwa hati sebagai pusat perasaan dan terletak di dada manusia.
.makalah
ini mengkajian tentang qalb, merupakan penyeimbang dimensi rasionalistik,
sehingga dengan keterpaduan antara kedua dimensi tersebut dapat memberikan
makna tentang visi dan misi keberagamaan di saat ini. Salah satu mufasir yang
cukup banyak mengkaji dunia sufistik khususnya tentang qalb , adalah Ibnu
Qayyim alJauziyyah, dalam makalah ini kami menulis tentang tafsir dari Ibnu
Qayyim alJauziyyah seorang musafir yang terkenal.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian qalb?
2.
Apakah
yang dimaksud dengan qalb dalam Al-Qur’an?
3.
Bagaimana
penafsiran Ibnu Qayyim alJauziyyah tentang Qolb ?
I.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Qalb
Kata
qalb ((القلب
berasal dari akar kata bahasa Arab yang berarti membalik. Hal ini dikarenakan
keadaan hati manusia seringkali berbolak-balik, terkadang susah, terkadang
bahagia, sesekali setuju bahkan menolak. Kondisi qalb sangatlah
berpotensi untuk tidak konsisten.[1]
Kata qalb bisa diartikan sebagai qalb yang berarti hati, yaitu
suatu organ dalam tubuh manusia dan qalb sebagai kalbu, yaitu pikiran
manusia yang berkaitan dengan perasaan, atau sesuatu yang digunakan untuk
merasakan dalam pemikiran manusia.
Dimensi
insaniah psikis manusia yang lain adalah Qolb, ia adalah bentuk masdar
(kata benda dasar) dari kata qalabaI yang ber arti berubah, berpindah, atau
berbalik. Sedangkan kata qolab sendiri berarti hati atau jantung.
Jantung disebut qalb karena memang secara fisik keadaanya terus-menerus
berdetak dan bolak-balik memompa darah. Sedangkan dalam pengertian psikis, qalb
adalah suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu
ketetapan.[2]
Menurut
Abdul Mujib, Kalbu Ruhani merupakan
bagian esensi dari fitrah nafsani yang berfungsi sebagai pemandu, pengontrol,
dan pengendali tingkah laku, sehingga
bila ia mampu berfungsi normal, maka kehidupan manusia akan sesuai fitrahnya. Dengan hati yang
bersih (memiliki uluhiyyat dan rabbaniat) inilah manusia tidak hanya mengenal lingkungan fisik dan sosial tetapi
juga mengenal lingkungan spiritual keagamaan dan ketuhanan.[3]
Menurut Imam
Al-Ghonzali dalam bukunya Ihya Ulumuddin makna kata hati memiliki dua
pengertian:
1.
Yaitu daging
berbentuk lentur yang terdapat di sebelah kiri dada manusia dan di dalamnya
terdapat rongga berisi darah hitam. Hati merupakan sumber dan tambang bagi roh.
Daging dalam bentuk seperti ini juga terdapat pada hewan serta manusia yang
sudah meninggal dunia.
2.
Yaitu benda
yang sangat halus yang didominasi oleh sifat ruhani atau spiritual. Seluruh
anggota tubuh mempunyai hubungan dengan benda yang satu ini. Benda yang sangat
halus inilah yang mampu mengenal allah ta’ala dan menjangkau semua yang tidak
dapat dijangkau oleh pikiran[4] serta
angan-angan. Dan dari hati itulah hakekat manusia dinilai oleh Allah.
Al-Ghazali
tidak membahas qalb sebagai jantung atau hati dalam arti fisik (definisi
materi), tetapi entitas yang halus yang menjadi hakikat manusia (definisi
spiritual). Ia tidak terlalu membahas qalb dari definisi materi karena ia
berkaitan penuh dengan masalah kedokteran dan tidak terlalu terkait dengan
ajaran agama. Lain daripada itu, jantung dan hati atau organ tubuh lainnya
hanyalah sekadar alat bagi entitas ini untuk merealisasikan keputusannya.
Tatkala jantung mati dan berhenti berfungsi, maka ikut matilah seluruh organ
tubuh secara keseluruhan, sedangkan jiwa manusia tidak ikut binasa dengan
hancurnya badan. Jadi dalam hal ini, yang dimaksud qalb menurut al-Ghazali
adalah substansi non-materi yang gaib dan tidak kelihatan.
Lapisan Qalb
yang terluar disebut al-shadr yang merupakan tempat masuknya godaan penyakit,
unek- unek , syahwat, dan segala kebutuhan. al-Shadr itu bisa lapang dan bisa
sempit. Ia juga sekaligus munculnya cahaya Islam. Ia juga tempat menyimpan ilmu
yang bersumber dari pendengaran.
Kadar kebodohan
dan kemarahan, dada seseorang menjadi sempit dan tidak ada batas kelapangannya.
Jika al-shadr sempit dengan kebenaran maka penuh dengan kebatilan. Lapisan Qalb
yang kedua disebut al-qalb. Ia sebagai sumber cahaya keimanan, khusu’, taqwa,
ridla, yakin, khauf, raja`, sabar, qanaah. Al-qalb ibarat raja dan nafs adalah
kerajaan. Lapisan Qalb yang ketiga adalah al-Fuad yang merupakan tempat
ma’rifat, bersitan (khawatir) dan penglihatan (al-ru`yah) Lapisan qalb yang
keempat adalah al-lub yang merupakan tempat cahaya tauhid.
Abd Razzaq
Al-Kasyanie menguraikan tentang penyebutan qalb dengan berbagai macam
nama sebagai berikut:
1.
Baitul Hikmah, kalbu yang
menang dan menghasilkan ikhlas.
2.
Baitul
Muqaddas, yaitu kalbu lahir yang berhubungan dengan orang
lain.
3.
Baitul
Muharram, yaitu kalbu manusia yang sempurna yang di
peruntukan khusus untuk mengenal dan mencintai Allah dan mengharamkan yang
lain.
4.
Baitul Izzah, yaitu kalbu
yang sampai tingkat dimana seseorang sudah berada dalam kondisi fana’.
Para
ulama memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan makna qalb dalam
diri manusia. Diantaranya sebagai berikut:[6]
ayat
telah diartikan sama persis dengan ayat lainnya. Sebagian ulama mengatakan qalb
terdapat dalam dada manusia sebagaimana terdapat dalam surah Al-Hajj/22:46
...فَإِنَّهَا لَا
تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ ٤٦
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
(QS. Al-Hajj/22:46)
·
Sebagian
pula mengatakan bahwa kalbu (qalb) indentik dengan fu’addan aql
(akal) berpusat pada kepala seperti diterangkan dalam surah Al-A’raf/7:179
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ
لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا ١٧٩
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah).”(QS.
Al-A’raf/7:179)[7]
·
Sebagian
ada yang mengasumsikan, qalb adalah materi organik dan ada pula yang
menyebutnya sebagai sistem yang berdaya emosi.[8]
·
M.
Quraisy Shihab berpendapat, kalbu merupakan bagian dari nafs, semacam
suatu kotak di dalam nafs, sementara nafs adalah bagian dalam
diri manusia.[9]
Masih
banyak pula pengertian qalb menurut para ulama.
Pada
dasarnya, sebagian besar ulama mengartikan pengertian qalb terbagi
menjadi dua macam, yakni qalb yang berarti hati sebagai organ tubuh
manusia dan hati sebagai alat yang digunakan untuk merasakan sesuatu dalam jiwa
manusia. Dalam Al-Qur’an, kata qalb memiliki banyak sekali pengertian
dan cenderung pada hati yang digunakan untuk merasakan dan mengontrol jiwa
manusia.
B.
Qalb
dalam Al-Qur’an
Dalam
Al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45
surat dan 112 ayat. Yang menjelaskan tentang Iman terdapat di 43 ayat, meliputi
QS. AlHujurat (49): 14; Al-Baqarah (2): 7, 10, 93, 97, 204;; Ali Imron (3): 8, 167;
al Nisa’(4): 63, 155; al-Maidah(5): 41; al An’am(6): 46; al A’raf (7): 100,101;
al Anfal(8):24; al Taubah(9): 8,45,67,77,110,117; Yunus(10): 88; al Hijr(15): 12;
al Nahl(16): 22; al Kahfi(18): 14; al Anbiya(21): 3; al Hajj(22): 32,54; al
Muminun(23): 63; al Nur(24): 50; al syu’ara(42): 24; al Ahzab(33): 32;
Fussilat(41):5; al jasiyah(45): 23; al Hujurat(49):7,14; al Mujadilah(58):22;
al Hasyr(59): 10; Saf(61):: 5; al tagabun(64): 11; al Mutafifin(83): 14. Antara lain:
ومن الناس من ىعجبك
قو له فى الحىو ة الد نىا وىشهد الله على فى قلبه وهو الد الخصام
Artinya: setengan manusia ada
yang ta’ajub engkau (mendengarkan) perkataanya pada hidup di dunia dan dia
mepersiapkan kepada allah apa yang dalam hatinya, padahal di sebesar-besar musihmu.
(QS.Al-Baqarah(2): 204)
Terdapat
24 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menampung perasaan takut,
gelisah, harapan, dan ketenangan, meliputi : QS. AL Ahzab(33):26; Ali
Imran(3):15, 126, 159,; al Maidah(5): 113; al Anfal(8) 2, 10,11, 63; al Taubah(9):15,
60; al Nahl(16): 106; al Mu’minun(23):60; al Nur(24): 37; al ahzab(33): 18; al
Hadid(57): 27; al Hasyr(59): 14; al Nazi’at(79): 7, 8, 9. Antar lain:
وماجعله
الله الابقسرى ولتططمنن به قلوبكم وما النصر الا من عند الله عزىزحكىم
Artinya: Allah tidak menjadikan
demikian itu, melainkan untuk kabar gembira dan supaya tentram hatimu. Dan
tidakada kemenangan, melainkan dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa
lagi maha bijaksana.(QS. Al Anfal(8): 10)
Selanjutnya
terdapat 20 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menerima dan menyimpan sifat-sifat
seperti keteguhan hati, kesucian, kekasaran, kekerasan, dan sifat sombong. Dua
puluh ayat itu meliputi: QS. Al Hajj(22):53, al An’am(6): 43; an Anfal(8): 70;
al Kahfi(18): 28; al Baqarah(2): 74,118,225; Ali Imran(3): 154, 159; al
Qasas(28): 10; al Ahzab(33): 4, 53, 54;Saaffat(37): 84; al Mu’min(40):35; al
fath(48): 46; al Hujurat(49): 3: Qaf(50): 33.
Kemudian dalam
5 ayat lainya dijelsakan bahwa qalb memiliki kemampuan berzikir, dan
dengan zikr ia menjadi tenang. Lima ayat ini meliputi QS. Al Ra’d(13):
28; al Zumar(38): 22,23; Qaf(50): 37; al Hadid(57): 16 antar lain berbunyi:
الدين
امنن قلو بهم بدكر الله تطمئن القلوب
Artinya: (yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS. Al Ra’d(13) : 28)
Dan di dalam 7
ayat yang lain, dijelaskan qalb memiliki kemampuan untuk memahami
(dengan menggunakan aql) fakta-fakta sejarah dengan mengarahkan
kemampuan pendengaran, penglihatan, dan pikiran. Dan ia dapat menjadi buta
karena tidak digunakan. Tujuh ayat ini meliputi: QS. Al Hajj(22): 46; al
an’am(6): 25; al A’raf(7): 179; al Taubah(9): 87, 93, 127: Muhammad(47): 24.
Antara lain berbunyi;[10]
أفلم يسيروا في الأرض فتكون لهم قلوب يعقلون بـها أو آذان يسمعون بـها فإنـها
لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور. سورة الحج: 46
Artinya: "Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau mempunyai
telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada."
(al-Hajj [22]: 46).
Dalam ayat tersebut, qalb mempunyai potensi yang sama dengan akal,
atau yang dimaksud qalb di sini mempunyai arti sama dengan akal. Qalb
secara sadar dapat memutuskan sesuatu atau melakukan sesuatu, dan
dari potensi inilah, maka yang harus dipertanggunggjawabkan manusia
kepada Tuhannya adalah apa yang disadari oleh qalb dan fu'ad.
Allah berfirman: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpahmu
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh
hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun (QS. al-Baqarah
[2]: 225). Dalam ayat lain Allah juga berfirman: "Janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawabannya (QS. al-Isra' [17]: 36).
C. Penafsiran Qalb Menurut
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Ibnu Qayyim dalam tafsir al Qayyim , tidak mengungkapkan makna qalb secara
eksplisit, namun beliau hanya menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tersebut sesuai
dengan urutan mushaf usmani. Disamping itu , Ibnu Qayyim tidak menafsirkan ayat
al-Qur’an secara keseluruhan. Term qalb yang disebutkan dalam al-Qur’an
sebanyak 111 kali, dalam at Tafsir al Qayyim , sebagian ditafsirkan sedikit,
atau makna qalb dalam satu ayat telah diartikan sama persis dengan ayat lainnya.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam menafsirkan al-Qur’an sering menyertakan,
pendapat ulama, ayat-ayat al-Qur’an lain yang setema, ini dimaksudkan untuk
memperoleh kejelasan makna dari setiap ayat-ayat yang beliau tafsiri. Term qalb
dalam pandangan yang lebih umum dipahami sebagai hati secara ruhaniah. Dalam
tafsirnya, beliau menafsirkan terma qalb disesuiakan juga dengan karakteristik
qalb yang ditujukan dalam al-Qur’an sendiri. Adapun karakteristik yang mencakup kandungan qalb , macam-macam qalb , dan
fungsi qalb .
1. Kandungan Qalb
Sebagaimana pendapat Quraish Shihab qalb dimaknai sebagai wadah yang mana
di dalamnya terkandung banyak kualitas dan muatan-muatan. Adapun ayat-ayat yang
menjelaskan tentang kandungan qalb dalam kitab at-Tafsir al-Qayyim adalah
sebagai berikut :
A. Qalb Bermakna Hati Yang Mengandung Penyakit
Q.S Al-Baqarah (2) : 10
Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.”
Menurut Ibnu Qayyim lafal qalb pada ayat di atas adalah hati yang mengandung penyakit. Dijelaskan olehnya
bahwa sakitnya hati ialah keluarnya hati dari kesesatan dan kenormalannya.
Sehatnya hati ialah dengan mengetahui Al Haqq> ( mencintai ), dan
mementingkan-Nya dari yang lain. Adapun sakitnya bisa karena keragu-raguan atau
karena mementingkan selain Allah. Pada ayat ini Ibnu Qayyim menerangkan tentang
penyakit hati orang-orang munafik dan orang-orang yang durhaka kepada Allah. Menurutnya
penyakit orang-orang munafik ialah penyakit keraguraguan dan kebimbangan. Sedangkan
penyakit orang-orang yang durhaka ialah penyakit kesesatan dan syahwat. Allah
menamakan kedua-duanya sebagai penyakit.
Dalam menjelaskan tentang contoh
orang yang munafik Ibnu Qayyim mengutip, serta menjelaskan kandungan
al-Qur’an Surat AlAhzab (33): 32, yaitu ;
Artinya : “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik”
Ayat ini adalah merupakan larangan Allah kepada para istri Nabi agar tidak
melembut-lembutkan ucapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan wanita karena hal itu akan merangsang orang yang dalam hatinya ada
penyakit syahwat.
Qalb yang ditafsiri sama sebagai
hati yang mengandung penyakit oleh Ibnu Qayyim antara lain Q.S Mudzatsir (74
):31 dan Q.S Al-Anfal (8):49, At-Taubah (9) :125. Hal ini dikatakan serupa oleh
Quraish Shihab dalam tafsirnya, bahwa qalb yang dimaksud adalah mengandung penyakit.
Quraish Shihab memberi keterangan dalam Q.S At-Taubah ( 9): 125, bahwa hati
berpenyakit dalam ayat tersebut adalah milik orang kafir14
B. Qalb bermakna Hati Yang
Mengandung Keragu-raguan
Q.S At-Taubah (9): 45
Artinya : “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka
ragu-ragu, Karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”
Menurut Ibnu Qayyim lafal qalb pada ayat di atas ditafsirkan sebagai hati yang mengandung keragu-raguan.
Ayat ini berkaitan dengan ajakan atau perintah berperang, namun ada beberapa di
antara mereka ada yang ragu untuk menjalankan perintah tersebut. Keragu-raguan
itu timbul karena mereka meningggalkan iman kepada-Nya dan mengingkari
perjumpaan dengan-Nya, karena mereka ragu-ragu terhadap sesuatu yang semestinya
tidak perlu diragukan, mereka tidak mau pergi dalam ketaatan kepada Allah,
tidak mau melakukan persiapan dan tidak mau mengambil perlengkapannya ( untuk
berperang ), maka Allahpun menjadi tidak ingin membangkitkan mereka dari keadaan
ini. Sesungguhnya orang yang tidak mau menerima petunjuk yang diberikan
kepadanya lewat makhluk Allah yang paling dicintaiNya dan paling mulia disisi-Nya,
tidak peduli terhadap kadar nikmat dan
tidak pula mensyukurinya, bahkan mengubahnya menjadi kekufuran, maka ketaatan
orang semacam ini dan kepergiannya bersama Rasulullah SAW merupakan sesuatu
yang dibenci oleh Allah. Disebabkan mereka melemahkan keinginginanya, agar
orang itu tidak melakukan apa yang diperintahkan Allah, yaitu pergi kemedan
perang. Lalu Allah membisikan kedalam hatinya suatu bisikan agar dia tinggal
bersama orang-orang yang tinggal.
Ibnu Qayyim menjelaskan lebih lanjut bahwa kepergian orang-orang yang ikut
berperang dalam keadaan keraguan, maka kepergiannya itu tidak diterima oleh
Allah dan hanya akan membawa kerusakan bagi orang-orang mukmin. Hal ini
didasarkan oleh Ibnu pada al-Qur’an Surat At-Taubah (9): 47, yaitu :
Artinya : “Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak
menambah kamu selain dari kerusakan belaka”
Pada Q.S Al-Baqarah (2): 10 Ibnu Qayyim telah menjelaskan bahwa salah satu
dari kandungan qalb adalah penyakit. Sedangkan Qalb yang mengandung keragu-raguan
pada ayat ini lebih kepada jenis dari penyakit qalb itu sendiri. Yang
membedakan adalah penjelasan kandungan qalb pada Q.S Al-Baqarah lebih bersifat
umum, sedangkan penjelasan kandungan qalb pada Q.S At-taubah (9): 45 lebih
bersifat khusus. Demikian juga pada Q.S
At-Taubah (9) : 110, Ibnu Qayyim menafsiri sebagai hati yang mengandung
keragu-raguan.
C. Qalb Bermakna Hati Yang
Mengandung Kemunafikan
Q. S At-Taubah (9):127
Artinya : “Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang
kepada yang lain (sambil berkata): "Adakah seorang dari (orang-orang
muslimin) yang melihat kamu?" sesudah itu merekapun pergi. Allah Telah
memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”
Pada ayat ini Ibnu Qayyim menjelaskan sikap orang-orang munafik terhadap
al-Qur’an. Lafal Qalb pada ayat di atas beliau ditafsiri sebagai hati yang
mengandung kemunafikan. Menurut beliau ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah
sedang mengabarkan perbutan orang-orang munafik, yaitu berpaling. Ibnu Qayyim
menjelaskan ayat ini juga sedang mengabarkan perbuatan Allah sendiri, yaitu memalingkan
hati orang-orang munafik dari memperhatikan al-Qur’an , karena mereka memang
bukan orang yang patut memperhatikannya. Dijelaskan oleh Ibnu Qayyim
berdasarkan QS. At-taubah (9) : 127 ada dua hal hati yang layak untuk memperhatikan
al-Qur’an karena, yaitu : pertama, pemahaman yang baik dan tujuan yang baik.
Menurut Ibnu Qayyim hati orang-orang munafik tidak layak untuk memperhatikan
al-Qur’an. Karena pemahaman dan tujuan mereka ingin mengambil manfaat yang
lain, selain mengharap ridlo Allah. Ibnu Qayyim kemudian menguatkan pendapatnya
dengan menukil Surat Al-Anfal (8): 23, yaitu:
“ Kalau sekiranya Allah mengetahui
kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan
Jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling
juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”
Dari ayat ini Allah mengabarkan penolakan iman yang ada pada diri mereka.
Tidak ada kebaikan pada diri mereka meskipun iman itu masuk ke dalam hati
mereka. Allah tidak membuat mereka mendengar karena dorongan keinginan untuk
memahami al-Qur’an mengambil manfaat lain, selain ridla Allah Swt . Hasil
pendengaran orang-orang munafik seperti yang dilakukan orang-orang mukmin,
tidak akan terwujud pada diri mereka. Padahal Allah ingin menegakkan hujjah atas
diri mereka. Dari ayat ini Kemudian
Allah mengabarkan ada penghalang lain yang ada di dalam hati mereka, sehingga
mereka tidak beriman meskipun Allah telah membuat mereka mendengar. Pendengaran
ini bersifat khusus, yaitu takabur dan berpaling. Yang pertama menghalangi
pemahaman dan yang kedua menghalangi untuk patuh dan tunduk. Pemahaman mereka buruk
dan tujuan mereka hina
Kelayakan hati yang kedua, didasarkan oleh Ibnu Qayyim pada lafa>d}z
" sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka”
Dari penjelasan yang kedua ini Ibnu Qayyim tidak menjelaskan secara pasti.
Beliau hanya mengatakan bahwa bentuknya bisa artikan khabar atau pengulangan.
Berpalingnya hati mereka dari al-Qur’an bisa diartikan karena hukuman kehendak
Allah, disebabkan karena mereka tidak layak untuk memahami al-Qur’an. Kehendak
Allah memalingkan hati mereka didasarkan oleh Ibnu Qayyim pada Q.S AsShaf (61): 5 yaitu:
Yang artinya: Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka.
Ayat-ayat qalb yang ditafsirkan serupa dengan makna hati yang mengandung
kemunafikan diantaranya: Q.S Nisa ( 4 ):
63, Q.S .AlMu’minun ( 23 ): 63, dan Q.S Al-Mujaddillah (58) : 22.
D. Qalb Bermakna Hati Yang
Mengandung Kedamaian
Q. S Ar-Ra’d (13): 28
Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.”
Menurut Ibnu Qayyim qalb yang
dimaksud pada ayat di atas adalah hati yang mengandung ketentraman atau
kedamain. Penjelasan ini berdasarkan penjelasan beliau, pada lafaldz ath -
thuma’niinah yang diartikan ketentraman hati kepada sesuatu dan tidak
terguncang atau resah karenanya. Ibnu Qayyim mengutip sebuah atsar yang sudah mashur
yakni ,“ kejujuran adalah ketentraman dan dusta adalah keragu-raguan.”. dengan
kata lain, hati yang mendengar menjadi tentram dan tentram karena kejujuran,
sedangkan kedustaan pasti mendatangkan kerisauan.
Berdasarkan Q.S Ar-ra’d (13): 28 Ibnu Qayyim menjelaskan tentang makna
dzikrulla>h yaitu : Pertama, hati yang tentram dikarenakan mengingat
Allah.Kedua, yang dimaksud
dzikrulla>h adalah mengingat atau memahami al-Qur’an.25Menurutnya Hati orang-orang
mukmin tidak menjadi tentram kecuali dengan al-Qur’an, Allah menjadikan
ketentraman di dalam hati orang-orang mukmin karena selalu ingat kepada Allah.
Dan Allah menjadikan kegembiraan, kesenangan, pujian dan berita gembira akan
masuk surga bagi orangorang yang hatinya tentram. Maka keberuntungan yang besar
bagi mereka.
Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan hal serupa dengan Ibnu Qayyim,
bahwa qalb pada ayat tersebut mempunyai makna hati yang mengandung ketenangan.
Quraish Shihab mengutip Q.S Al Anfal ( 8 ) : 2
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.”
Menurutnya pada Q.S Ar-Ra’d (13) : 28, tidak bertentangan dengan Q.S
Al-Anfal (8): 2 , karena ini ayat merupakan penjelasan tentang orang-orang
mukmin yang yakin kepada kekuasaan dan kebesaran Allah. Hatinya akan selalu bergetar
apabila disebut namaNya, dan terpancarlah hati mereka. Sehingga menghasilkan
rasa tenang dalam menghadapi segala sesuatu, karena mereka sudah berserah diri
atau bertawakal.
2. Macam-Macam Qalb
Berdasarkan Sifatnya
Untuk mengetahui macam-macam qalb penulis menelusuri sejumlah ayat yang
dianggap komprehensif, terkait dengan macam-macam qalb .Adapun pembagian atau
macam-macam qalb , yang penulis teliti dalam Tafsir al-Qayyim adalah sebagai
berikut :
A. Qalb Bermakna Hati
Yang Bersih Atau Sehat
Q.S Asy-Syu’ara (26) : 88-89
Artinya : “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”
Lafal qalb pada ayat di atas beliau tafsirkan dengan hati yang bersih atau
sehat, karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana
kata Al -‘ Alim , Al Qadir ( Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa ). Di samping ia
juga merupakan lawan dari sakit dan aib. Dalam arti sifat bersih dan sehat telah
melekat pada hati tersebut. Banyak
ungkapan yang berbeda-beda tentang makna qalbun salim , namun Ibnu Qayyim
sepakat dengan yang merangkum berbagai pendapat itu yakni yang mengatakan
qalbun salim , yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang
menyalahi perintah dan larangan Allah, bersih dan selamat dari berbagai syubhat
yang bertentangan dengan berita-Nya. Ia selamat dari melakukan penghambaan
selain kepada-Nya, selamat dari pemutusan hukum oleh selain Rasul-Nya, bersih
dalam ketakutan dan berpengharapan pada
Nya, dalam bertawakal kepada-Nya, dalam kembali kepada-Nya, dalam
menghinakan diri dihadapan-Nya, dalam mengutamakan mencari ridhaNya disegala
keadaan dan dalam menjauhi dari kemungkaran karena apapun. Dan inilah hakikat
penghambaan ( Ubudiyah) yang tidak boleh ditujukan selain kepada Allah semata.
Jadi qalbun salim ialah, hati yang selamat dari menajadikan sekutu untuk Allah
dengan alasan apapun.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal serupa ialah terdapat dalam
Q.S As-Shaffat (37): 84
Artinya :“(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang
bersih.”
Akan tetapi dalam ayat ini Ibnu Qayyim tidak menjelaskan lebih lanjut,
mengenai deskripsi penjelasan ayatnya. Mengingat Tafsir alQayyim adalah
merupakan kumpulan dari tafsir ayat al-Qur’an Ibnu Qayyim yang disusun oleh
Muhammad Uwais, dimana didalamnya tidak mencantumkan seluruh ayat al-Qur’an.
B. Qalb Bermakna Hati yang
Keras
Q.S Al-Imran ayat 159
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.”
Lafal qalb pada ayat di atas ditafsirkan beliau sebagai hati yang bersifat
keras. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa “ hati itu adalah bejana Allah yang di
bumi-Nya. Bejana yang paling disukai-Nya, ialah yang paling lembut, kuat, dan
bening.
Kebalikan dari hati ini ada dua hati yang tercela, yang dapat dilihat dari
dua sifat kebalikannya.
Pertama, hati yang membatu dan keras, di dalamnya tidak ada kebajikan dan
kebaikan, tidak bening sehingga kebenaran tidak terlihat disana, bodoh dan
semena-mena, tidak memiliki ilmu tentang kebenaran dan tidak memiliki kasih
sayang terhadap makhluk.
Kedua,kebalikan dari yang pertama adalah hati yang lembek seperti air,
tanpa ada kekuatan dan keteguhan, ia menerima segala rupa dan sama sekali tidak
memiliki kekuatan untuk menjaga rupa-rupa itu, tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
yang lain. Bahkan apapun yang berdekatan dengannya, maka ia akan terpengaruh
olehnya, baik pengaruh itu kuat, atau lemah, baik maupun buruk.
C. Qalb Bermakna Hati
Yang Tertutup
Q. S Al- Baqarah Ayat 88
Artinya : “Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi
Sebenarnya Allah telah mengutuk mereka Karena keingkaran mereka; Maka sedikit
sekali mereka yang beriman”
Menurut beliau yang dimaksud ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ ialah, hati yang tidak bisa memahami-Nya dan apa yang telah difirmankan-Nya.
Diterangkan oleh beliau dari sisi linguistik bahwa bentuk sejenisnya ialah
seperti aghlaf / , أﻏﻠﻒ ahram / أﺣﺮم, dan hurum / ﺣﺮم. Segala sesuatu yang berada dalam tutupan disebut aghlaf / أﻏﻠﻒ , seperti perkataan “ saifun aghlaf ” / ( pedang yang
disarungkan ), “ qausun aghlaf ” ( busur panah yang dibungkus ), “ raju>lun
aghlaf ” ( pria yang tidak dikhitan). Ibnu Qayyim sepakat dengan mayoritas
ulama mufasir bahwa makna ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ adalah di atas hati kami ada
tutupan, sehingga dia tidak memahami apa yang dikatakan.
Ibnu Qayyim kemudian menambahkan satu ayat untuk menguatkan makna ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ dengan mengutip Q.S Fusillat
ayat 5 ,
Artinya:Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang
menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan
antara kami dan kamu ada dinding,
Adapun ayat lain yang beliau tafsiri sama ialah pada Q.S Al-Baqarah ayat 7
dan Q.S
An-Nisa ayat 155.38
Artinya : dan mereka mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan,
sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, Karena
itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.
D. Qalb Bermakna Hati
Yang Lalai
Q.S Al-Kahfi ayat 28
Artinya : “dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami
lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.”
Ayat ini adalah merupakan larangan Allah agar seseorang tidak mengikuti
atau meniru orang yang hatinya lalai, dalam artian lebih mementingkan diri
sendiri dan hawa nafsunya. Ibnu Qayyim menafsiri sebagai hati yang lalai. Hal
ini didasarkan pada penjelasan beliau mengenai lafal “ al ghuflu ” yang diartikan
sesuatu yang kosong, “ al ardhu al ghuflu ” artinya tanah yang tidak ada
tanda-tanda disana. “Alkitab al - ghuflu”, artinya tulisan yang tidak ada
syakalnya. Aghfalna>ahu artinya kami biarkan dia lalai untuk mengingat dan
kosong dari dzikir. Jadi ini merupakan ketiadaan sama sekali. Karena Allah
tidak dikehendakinya untuk diingat, maka dia dalam keadaan lalai dan lalai
menjadi sifatnya.42
3. Fungsi Qalb
Fungsi utama qalb adalah sebagai alat untuk memahami realitas kehidupan dan
nilai-nilai. Adapun berdasarkan unsur spesifiknya, qalb mempunyai beberapa
fungsi yaitu. Berfikir, bertadabbur, berdzikir, dan merasakan. Berikut ini
ayat-ayat qalb dalam Tafsir al-Qayyim yang menjelaskan tentang fungsi qalb
tesebut :
A. Berfikir
Surat Qaf ayat 37
Artinya : Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Ayat ini merupakan penjelasan Ibnu
Qayyim tentang bagaimana adab ketika seseorang membaca al-Qur’an. Dalam ayat
ini qalb difungsikan sebagai alat untuk berfikir. Menurut Ibnu Qayyim apabila seseorang
ingin mengambil manfaat dari al-Qur’an, maka hendaknya ia menyatukan antara
penglihatan, pendengaran dan hatinya.
Pada lafadz tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim sebagai hati yang hidup
dan mau memikirkan firman Allah. Dari penjelasan ayat tersebut dapat
disimpulkan bahwa salah satu fungsi qalb adalah untuk berfikir.
B. Bertadabbur
Surat Al-Hajj ayat 46
Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Sebagaimana akal, qalb juga berfungsi untuk bertadabbur dalam arti memahami
realitas yang ada. Dalam ayat tersebut, qalb mempunyai potensi dapat memutuskan sesuatu atau melakukan sesuatu, dan dari potensi
inilah, maka yang harus dipertanggunggjawabkan
manusia kepada Tuhannya adalah apa yang disadari oleh qalb dan fuad
. Sebagaimana firman-Nya:
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu)
yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun”
Dalam ayat lain Allah
juga berfirman:
"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra' (17): 36).
Seperti halnya dikatakan sebelumnya bahwa Tafsir al-Qayyim adalah merupakan
kumpulan dari tafsir ayat al-Qur’an Ibnu Qayyim, dimana tidak seluruh ayat
al-Qur’an dicantumkan di dalamnya. Ayatayat tersebut diatas tidak dijelaskan
oleh Ibnu Qayyim mengenai deskripsi ayatnya.
C. Berdzikir
Q. S Ar-Ra’d ayat 28
Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram.”
Ayat ini pada penjelasan sebelumnya dijelaskan bahwa, menurut Ibnu Qayyim
salah satu kandungan qalb adalah ketenangan atau kedamain. Pada ayat yang sama
Ibnu Qayyim memberikan keterangan bahwa qalb berfungsi untuk berdzikir.
Dzikrulla>h pada ayat ini ditafsiri oleh Ibnu Qayyim, yaitu dengan
mengingat al-Qur’an.51 Ayat yang
ditafsirkan serupa oleh Ibnu Qayyim ialah pada Surat Az-Zukhruf 36
Q.S Az-Zukhruf 36
Artinya : Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha
Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan
Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
Dalam keterangan Ibnu Qayyim dijelaskan bahwa hanya dengan keyakinan dan
keimanan hati seorang mukmin akan menjadi tenang, sementara tidak akan pernah
didapat keinginan itu kecuali melalui alQur’an. Sedangkan keresahan dan
kegundahan akan timbul dengan meninggalkan al-Qur’an.
D. Merasakan
Q.S
Al-hadid ayat 27
Artinya : Dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengadaadakan rahbaniyyah. Padahal
kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang
mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak
memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.
Ayat ini adalah merupakan kisah para pengikut Nabi Isa, yang mau mengikuti
ajaran dan petunjuknya. Demi rasa cintanya kepada Nabi Isa, mereka menjalani
hidup bagaikan ala pendeta yang selalu sibuk mengagungkan Tuhannya. Ayat ini
memberikan beberapa indikasi tentang adanya fungsi qalb yaitu untuk merasakan.
Ibnu Qayyim menjelaskan lafaz| rahbaniyyah
adalah manshuub karena istitsna , pengecualian yang terputus. Dengan
kata lain, mereka tidak melakukan dan mengada-adakan melainkan kecintaan untuk
mencari keridloan Allah.[11]
II.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qalb memang lebih banyak
diperbincangkan oleh kaum sufi, bagi mereka qalb merupakan sesuatu yang
bersifat halus dan rabbani sehingga mampu mencapai hakikat
sesuatu,perolehan hakikat pengetahuan
ini dapat dicapai oleh qalb ketika manusia telah mensucikannya,hingga terbukanya
tirai yang menghalangi Qalb ( Kasyf ) sehingga ia berada dalam keadaan yang
suci,sehingga mendapatkan ilham (bisikan suci dari Allah).
Dalam Al-Qur’an
kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surat dan
112 ayat. Yang menjelaskan tentang Iman terdapat di 43 ayat. Terdapat
24 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menampung perasaan takut,
gelisah, harapan, dan ketenanganSelanjutnya terdapat 20 ayat yang menjelaskan
bahwa qalb mampu menerima dan
menyimpan sifat-sifat seperti keteguhan hati, kesucian, kekasaran, kekerasan,
dan sifat sombong Dan di dalam 7
ayat yang lain, dijelaskan qalb memiliki kemampuan untuk memahami
(dengan menggunakan aql) fakta-fakta sejarah dengan mengarahkan
kemampuan pendengaran, penglihatan, dan pikiran Dan ia dapat menjadi buta
karena tidak digunakan.
Adapun
beberapa poin penting yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1.
Dari ayat-ayat qalb yang telah ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim , qalb
lebih cenderung dimaknai sebagai suatu alat untuk menghubungkan diri seorang
hamba dengan Tuhannya (Allah Swt) , Menurutnya hanya hati yang mengingat Allah yang bisa merasakan
ketentraman dan kedamaian. Jika kedekatan terhadap Allah terpatri kokoh dalam
diri seorang hamba maka dia tidak akan tergelincir pada kecintaan selain Allah.
Sedangkan kecintaan pada kehidupan dunia sebagai suatu kecenderungan tabiat
manusia menurutnya dibolehkan asalkan kecintaan itu dilandaskan atas cinta
karena Allah Swt.
2.
Fungsi qalb secara spesifik
diantaranya ialah : untuk berfikir, berdzikir,bertadabbur, dan merasakan.
Menurut Ibnu Qayyim qalb seharusnya difungsikan untuk memikirkan ayat-ayat
Allah dalam al-Qur’an, karena dengan mengetahui perintah dan larangan-Nya,
seseorang akan dapat mendekatkan diri pada Tuhannya.Menurutnya hanya qalb yang
berdzikir atau mengingat Allah yang akan dapat merasakan ketentraman dan
kedamain.
3.
Dengan adanya degradasi moral, penafsiran ayat-ayat qalb Ibnu
Qayyim menawarkan pentingnya introspeksi yaitu dengan jalan membersikan hati,
sehingga dapat memunculkan akhlak yang
mulia. Maksudnya ialah dengan mengosongkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan
menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Qalbun Sali>m ditafsirkan oleh
Ibnu Qayyim sebagai hati yang bersifat bersih dan sehat, dalam arti sifat itu
telah menyatu dengan qalb (hatinya). sedangkan qalbun marid ialah hati yang
mengandung penyakit, dimana didalamnya mengandung unsur-unsur keragu-raguan,
kecintaannya terhadap nafsu syahwat dan kesesata
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas
berbagai persoalan umat), (Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007
Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam
Al-Qur’an,
Abdul mujib, “ Fitrah dan Kepribadian Islam; Sebuah Pendekatan
Psikologis “, Darul Fatah, Jakarta,
Imam al-Ghanzali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, penerjemah:
Abdul Rosyad Siddiq (Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana, 2008)
Hasyim Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat
Sufistik dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015,
Lajnah Pentashhihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik:
Pendidikan dan Pembangunan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Aku Bisa), 2012, hal. 68. Mengutip dari Muhammad Sadati Asy-Syinqit, Al-Qalb
Fil Qur’an, hal. 17. Diambil dari buku Psikologi Qur’ani oleh Hasyim
Muhammad,
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Musbah, vol. 1 Jakarta: Lentera
Hati, 2000
Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam
Al-Qur’an,
Amin Marzuqi. 2010. Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah (Dalam Kitab at- Tafsir Al-Qayyim). Sekripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Ushuludin Studi Agama, Dan Pemikiran Islam UIN Sunan
KaliJaga
[1] M. Quraisy
Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas berbagai persoalan umat),
(Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007, hal. 381.
[2] Hj. Sri
Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an,
[3] Abdul mujib, “
Fitrah dan Kepribadian Islam; Sebuah Pendekatan Psikologis “, Darul Fatah,
Jakarta, 199
[4] Imam
al-Ghanzali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, penerjemah: Abdul Rosyad Siddiq
(Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana, 2008) h. 221
[5] Hasyim
Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat Sufistik dalam Al-Qur’an,
(Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015, hal. 16
[6] Hasyim
Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat Sufistik dalam Al-Qur’an,
(Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015, hal. 13.
[8] Lajnah
Pentashhihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pendidikan dan
Pembangunan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Aku
Bisa), 2012, hal. 68. Mengutip dari Muhammad Sadati Asy-Syinqit, Al-Qalb Fil
Qur’an, hal. 17. Diambil dari buku Psikologi Qur’ani oleh Hasyim
Muhammad, hal. 14.
[9] M. Quraisy
Shihab, Tafsir Al-Musbah, vol. 1 Jakarta: Lentera Hati, 2000, hal. 8.
[10] Hj. Sri
Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an, h.102-105
[11] Amin Marzuqi.
2010. Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Dalam Kitab at- Tafsir
Al-Qayyim). Sekripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ushuludin Studi Agama,
Dan Pemikiran Islam UIN Sunan KaliJaga
0 comments:
Post a Comment