Monday 23 October 2017

Makalah Hati (Qalb) Dalam Al-Quran : Qalb Menurut Alqur'an dan Qalb Menurut Penafsiran Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah



QALB DALAM AL-QURA’AN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Tafsir Ayat-Ayat Sufistik
Dosen Pengampu : Dr. Hasyim Muhammad, M. Ag 

Disusun oleh:
      Moh. Sholeh Afif                    (1604046012)
      Moh. Hasan Bisri                    (1604046013)
      Agus Zaenul Muttaqin            (1604046041)
      Dedeh Kurniasih                     (1604046043)


TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
 2017

I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang qalb. Qalb sendiri memiliki beberapa pengertian yang mendefinisikannya baik qalb sebagai bagian dari organ tubuh manusia maupun qalb sebagai sanubari atau kalbu sebagai pusat sumber perasaan seseorang. Dari dua pengertian ini, masing-masing qalb yang dimaksud memiliki fungsi yang berbeda. Para ulama juga memiliki pendapat yang berbeda mengenai qalb yang berbeda walaupun pada dasarnya saling bersinggungan.
Qalb secara jasmani adalah suatu organ manusia yang terletak di dada sebelah kiri. Sedangkan qalb secara rohani merupakan hati yang berada dalam jiwa manusia  dan berfungsi sebagai pusat perasaan. Biasanya secara spontanitas seseorang akan otomatis mengelus dadanya jika mengalami sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.Inilah yang menunjukkan bahwa hati sebagai pusat perasaan dan terletak di dada manusia.
.makalah ini mengkajian tentang qalb,   merupakan penyeimbang dimensi rasionalistik, sehingga dengan keterpaduan antara kedua dimensi tersebut dapat memberikan makna tentang visi dan misi keberagamaan di saat ini. Salah satu mufasir yang cukup banyak mengkaji dunia sufistik khususnya tentang qalb , adalah Ibnu Qayyim alJauziyyah, dalam makalah ini kami menulis tentang tafsir dari Ibnu Qayyim alJauziyyah seorang musafir yang terkenal.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian qalb?
2.      Apakah yang dimaksud dengan qalb dalam Al-Qur’an?
3.      Bagaimana penafsiran Ibnu Qayyim alJauziyyah tentang Qolb ?

I.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Qalb
Kata qalb ((القلب berasal dari akar kata bahasa Arab yang berarti membalik. Hal ini dikarenakan keadaan hati manusia seringkali berbolak-balik, terkadang susah, terkadang bahagia, sesekali setuju bahkan menolak. Kondisi qalb sangatlah berpotensi untuk tidak konsisten.[1] Kata qalb bisa diartikan sebagai qalb yang berarti hati, yaitu suatu organ dalam tubuh manusia dan qalb sebagai kalbu, yaitu pikiran manusia yang berkaitan dengan perasaan, atau sesuatu yang digunakan untuk merasakan dalam pemikiran manusia.
Dimensi insaniah psikis manusia yang lain adalah Qolb, ia adalah bentuk masdar (kata benda dasar) dari kata  qalabaI  yang ber arti berubah, berpindah, atau berbalik. Sedangkan kata qolab sendiri berarti hati atau jantung. Jantung disebut qalb karena memang secara fisik keadaanya terus-menerus berdetak dan bolak-balik memompa darah. Sedangkan dalam pengertian psikis, qalb adalah suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan.[2]
Menurut Abdul Mujib,  Kalbu Ruhani merupakan bagian esensi dari fitrah nafsani yang berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali tingkah laku, sehingga  bila ia mampu berfungsi normal, maka kehidupan manusia  akan sesuai fitrahnya. Dengan hati yang bersih (memiliki uluhiyyat dan rabbaniat) inilah manusia tidak hanya  mengenal lingkungan fisik dan sosial tetapi juga mengenal lingkungan spiritual keagamaan dan ketuhanan.[3]
Menurut Imam Al-Ghonzali dalam bukunya Ihya Ulumuddin makna kata hati memiliki dua pengertian:
1.      Yaitu daging berbentuk lentur yang terdapat di sebelah kiri dada manusia dan di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Hati merupakan sumber dan tambang bagi roh. Daging dalam bentuk seperti ini juga terdapat pada hewan serta manusia yang sudah meninggal dunia.
2.      Yaitu benda yang sangat halus yang didominasi oleh sifat ruhani atau spiritual. Seluruh anggota tubuh mempunyai hubungan dengan benda yang satu ini. Benda yang sangat halus inilah yang mampu mengenal allah ta’ala dan menjangkau semua yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran[4] serta angan-angan. Dan dari hati itulah hakekat manusia dinilai oleh Allah.

Al-Ghazali tidak membahas qalb sebagai jantung atau hati dalam arti fisik (definisi materi), tetapi entitas yang halus yang menjadi hakikat manusia (definisi spiritual). Ia tidak terlalu membahas qalb dari definisi materi karena ia berkaitan penuh dengan masalah kedokteran dan tidak terlalu terkait dengan ajaran agama. Lain daripada itu, jantung dan hati atau organ tubuh lainnya hanyalah sekadar alat bagi entitas ini untuk merealisasikan keputusannya. Tatkala jantung mati dan berhenti berfungsi, maka ikut matilah seluruh organ tubuh secara keseluruhan, sedangkan jiwa manusia tidak ikut binasa dengan hancurnya badan. Jadi dalam hal ini, yang dimaksud qalb menurut al-Ghazali adalah substansi non-materi yang gaib dan tidak kelihatan.

Lapisan Qalb yang terluar disebut al-shadr yang merupakan tempat masuknya godaan penyakit, unek- unek , syahwat, dan segala kebutuhan. al-Shadr itu bisa lapang dan bisa sempit. Ia juga sekaligus munculnya cahaya Islam. Ia juga tempat menyimpan ilmu yang bersumber dari pendengaran.

Kadar kebodohan dan kemarahan, dada seseorang menjadi sempit dan tidak ada batas kelapangannya. Jika al-shadr sempit dengan kebenaran maka penuh dengan kebatilan. Lapisan Qalb yang kedua disebut al-qalb. Ia sebagai sumber cahaya keimanan, khusu’, taqwa, ridla, yakin, khauf, raja`, sabar, qanaah. Al-qalb ibarat raja dan nafs adalah kerajaan. Lapisan Qalb yang ketiga adalah al-Fuad yang merupakan tempat ma’rifat, bersitan (khawatir) dan penglihatan (al-ru`yah) Lapisan qalb yang keempat adalah al-lub yang merupakan tempat cahaya tauhid.

Abd Razzaq Al-Kasyanie menguraikan tentang penyebutan qalb dengan berbagai macam nama sebagai berikut:
1.      Baitul Hikmah, kalbu yang menang dan menghasilkan ikhlas.
2.      Baitul Muqaddas, yaitu kalbu lahir yang berhubungan dengan orang lain.
3.      Baitul Muharram, yaitu kalbu manusia yang sempurna yang di peruntukan khusus untuk mengenal dan mencintai Allah dan mengharamkan yang lain.
4.      Baitul Izzah, yaitu kalbu yang sampai tingkat dimana seseorang sudah berada dalam kondisi fana’.
5.      Al-afaq al-mubin, yaitu puncak tertinggi dari Kalbu manusia.[5]

Para ulama memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan makna qalb dalam diri manusia. Diantaranya sebagai berikut:[6]
ayat telah diartikan sama persis dengan ayat lainnya. Sebagian ulama mengatakan qalb terdapat dalam dada manusia sebagaimana terdapat dalam surah Al-Hajj/22:46
...فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ ٤٦ 
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj/22:46)
·         Sebagian pula mengatakan bahwa kalbu (qalb) indentik dengan fu’addan aql (akal) berpusat pada kepala seperti diterangkan dalam surah Al-A’raf/7:179
وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِۖ لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا ١٧٩
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah).”(QS. Al-A’raf/7:179)[7]
·         Sebagian ada yang mengasumsikan, qalb adalah materi organik dan ada pula yang menyebutnya sebagai sistem yang berdaya emosi.[8]
·         M. Quraisy Shihab berpendapat, kalbu merupakan bagian dari nafs, semacam suatu kotak di dalam nafs, sementara nafs adalah bagian dalam diri manusia.[9]
Masih banyak pula pengertian qalb menurut para ulama.
Pada dasarnya, sebagian besar ulama mengartikan pengertian qalb terbagi menjadi dua macam, yakni qalb yang berarti hati sebagai organ tubuh manusia dan hati sebagai alat yang digunakan untuk merasakan sesuatu dalam jiwa manusia. Dalam Al-Qur’an, kata qalb memiliki banyak sekali pengertian dan cenderung pada hati yang digunakan untuk merasakan dan mengontrol jiwa manusia.
B.     Qalb dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surat dan 112 ayat. Yang menjelaskan tentang Iman terdapat di 43 ayat, meliputi QS. AlHujurat (49): 14; Al-Baqarah (2): 7, 10, 93, 97, 204;; Ali Imron (3): 8, 167; al Nisa’(4): 63, 155; al-Maidah(5): 41; al An’am(6): 46; al A’raf (7): 100,101; al Anfal(8):24; al Taubah(9): 8,45,67,77,110,117; Yunus(10): 88; al Hijr(15): 12; al Nahl(16): 22; al Kahfi(18): 14; al Anbiya(21): 3; al Hajj(22): 32,54; al Muminun(23): 63; al Nur(24): 50; al syu’ara(42): 24; al Ahzab(33): 32; Fussilat(41):5; al jasiyah(45): 23; al Hujurat(49):7,14; al Mujadilah(58):22; al Hasyr(59): 10; Saf(61):: 5; al tagabun(64): 11;  al Mutafifin(83): 14. Antara lain:
ومن الناس من ىعجبك قو له فى الحىو ة الد نىا وىشهد الله على فى قلبه وهو الد الخصام
Artinya: setengan manusia ada yang ta’ajub engkau (mendengarkan) perkataanya pada hidup di dunia dan dia mepersiapkan kepada allah apa yang dalam hatinya, padahal di sebesar-besar musihmu. (QS.Al-Baqarah(2): 204)
Terdapat 24 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menampung perasaan takut, gelisah, harapan, dan ketenangan, meliputi : QS. AL Ahzab(33):26; Ali Imran(3):15, 126, 159,; al Maidah(5): 113; al Anfal(8) 2, 10,11, 63; al Taubah(9):15, 60; al Nahl(16): 106; al Mu’minun(23):60; al Nur(24): 37; al ahzab(33): 18; al Hadid(57): 27; al Hasyr(59): 14; al Nazi’at(79): 7, 8, 9. Antar lain:
وماجعله الله الابقسرى ولتططمنن به قلوبكم وما النصر الا من عند الله عزىزحكىم
Artinya: Allah tidak menjadikan demikian itu, melainkan untuk kabar gembira dan supaya tentram hatimu. Dan tidakada kemenangan, melainkan dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(QS. Al Anfal(8): 10)
Selanjutnya terdapat 20 ayat yang menjelaskan bahwa qalb  mampu menerima dan menyimpan sifat-sifat seperti keteguhan hati, kesucian, kekasaran, kekerasan, dan sifat sombong. Dua puluh ayat itu meliputi: QS. Al Hajj(22):53, al An’am(6): 43; an Anfal(8): 70; al Kahfi(18): 28; al Baqarah(2): 74,118,225; Ali Imran(3): 154, 159; al Qasas(28): 10; al Ahzab(33): 4, 53, 54;Saaffat(37): 84; al Mu’min(40):35; al fath(48): 46; al Hujurat(49): 3: Qaf(50): 33.
Kemudian dalam 5 ayat lainya dijelsakan bahwa qalb memiliki kemampuan berzikir, dan dengan zikr ia menjadi tenang. Lima ayat ini meliputi QS. Al Ra’d(13): 28; al Zumar(38): 22,23; Qaf(50): 37; al Hadid(57): 16 antar lain berbunyi:
الدين امنن قلو بهم بدكر الله تطمئن القلوب
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS. Al Ra’d(13) : 28)
Dan di dalam 7 ayat yang lain, dijelaskan qalb memiliki kemampuan untuk memahami (dengan menggunakan aql) fakta-fakta sejarah dengan mengarahkan kemampuan pendengaran, penglihatan, dan pikiran. Dan ia dapat menjadi buta karena tidak digunakan. Tujuh ayat ini meliputi: QS. Al Hajj(22): 46; al an’am(6): 25; al A’raf(7): 179; al Taubah(9): 87, 93, 127: Muhammad(47): 24. Antara lain berbunyi;[10]

          أفلم يسيروا في الأرض فتكون لهم قلوب يعقلون بـها أو آذان يسمعون بـها فإنـها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدورسورة الحج: 46
          Artinya:  "Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada." (al-Hajj [22]: 46).
Dalam ayat tersebut, qalb mempunyai potensi yang sama dengan akal, atau yang dimaksud qalb di sini mempunyai arti sama dengan akal. Qalb secara sadar dapat memutuskan  sesuatu atau melakukan sesuatu, dan dari potensi inilah, maka yang harus dipertanggunggjawabkan  manusia kepada Tuhannya adalah apa yang disadari oleh qalb dan fu'ad.  Allah berfirman: "Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun (QS. al-Baqarah [2]: 225). Dalam ayat lain Allah juga berfirman: "Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya (QS. al-Isra' [17]: 36).
C.    Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah  
Ibnu Qayyim dalam tafsir al Qayyim , tidak mengungkapkan makna qalb secara eksplisit, namun beliau hanya menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an tersebut sesuai dengan urutan mushaf usmani. Disamping itu , Ibnu Qayyim tidak menafsirkan ayat al-Qur’an secara keseluruhan. Term qalb yang disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 111 kali, dalam at Tafsir al Qayyim , sebagian ditafsirkan sedikit, atau makna qalb dalam satu ayat telah diartikan sama persis dengan ayat lainnya. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam menafsirkan al-Qur’an sering menyertakan, pendapat ulama, ayat-ayat al-Qur’an lain yang setema, ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan makna dari setiap ayat-ayat yang beliau tafsiri. Term qalb dalam pandangan yang lebih umum dipahami sebagai hati secara ruhaniah. Dalam tafsirnya, beliau menafsirkan terma qalb disesuiakan juga dengan karakteristik qalb yang ditujukan dalam al-Qur’an sendiri. Adapun karakteristik yang mencakup  kandungan qalb , macam-macam qalb , dan fungsi qalb .
1.      Kandungan Qalb
Sebagaimana pendapat Quraish Shihab qalb dimaknai sebagai wadah yang mana di dalamnya terkandung banyak kualitas dan muatan-muatan. Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang kandungan qalb dalam kitab at-Tafsir al-Qayyim adalah sebagai berikut :
A.    Qalb  Bermakna Hati Yang Mengandung Penyakit
Q.S Al-Baqarah  (2) : 10 
Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” 
Menurut Ibnu Qayyim lafal qalb pada ayat di atas adalah hati yang   mengandung penyakit. Dijelaskan olehnya bahwa sakitnya hati ialah keluarnya hati dari kesesatan dan kenormalannya. Sehatnya hati ialah dengan mengetahui Al Haqq> ( mencintai ), dan mementingkan-Nya dari yang lain. Adapun sakitnya bisa karena keragu-raguan atau karena mementingkan selain Allah. Pada ayat ini Ibnu Qayyim menerangkan tentang penyakit hati orang-orang munafik dan orang-orang yang durhaka kepada Allah. Menurutnya penyakit orang-orang munafik ialah penyakit keraguraguan dan kebimbangan. Sedangkan penyakit orang-orang yang durhaka ialah penyakit kesesatan dan syahwat. Allah menamakan kedua-duanya sebagai penyakit.
Dalam menjelaskan tentang contoh  orang yang munafik Ibnu Qayyim mengutip, serta menjelaskan kandungan al-Qur’an Surat AlAhzab (33): 32, yaitu ;
Artinya : “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”
Ayat ini adalah merupakan larangan Allah kepada para istri Nabi agar tidak melembut-lembutkan ucapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kebanyakan wanita karena hal itu akan merangsang orang yang dalam hatinya ada penyakit syahwat.
Qalb  yang ditafsiri sama sebagai hati yang mengandung penyakit oleh Ibnu Qayyim antara lain Q.S Mudzatsir (74 ):31 dan Q.S Al-Anfal (8):49, At-Taubah (9) :125. Hal ini dikatakan serupa oleh Quraish Shihab dalam tafsirnya, bahwa qalb yang dimaksud adalah mengandung penyakit. Quraish Shihab memberi keterangan dalam Q.S At-Taubah ( 9): 125, bahwa hati berpenyakit dalam ayat tersebut adalah milik orang kafir14 
B.     Qalb bermakna Hati Yang Mengandung Keragu-raguan  
    Q.S At-Taubah (9): 45
Artinya : “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, Karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”                                             
Menurut Ibnu Qayyim lafal qalb pada ayat di atas ditafsirkan  sebagai hati yang mengandung keragu-raguan. Ayat ini berkaitan dengan ajakan atau perintah berperang, namun ada beberapa di antara mereka ada yang ragu untuk menjalankan perintah tersebut. Keragu-raguan itu timbul karena mereka meningggalkan iman kepada-Nya dan mengingkari perjumpaan dengan-Nya, karena mereka ragu-ragu terhadap sesuatu yang semestinya tidak perlu diragukan, mereka tidak mau pergi dalam ketaatan kepada Allah, tidak mau melakukan persiapan dan tidak mau mengambil perlengkapannya ( untuk berperang ), maka Allahpun menjadi tidak ingin membangkitkan mereka dari keadaan ini. Sesungguhnya orang yang tidak mau menerima petunjuk yang diberikan kepadanya lewat makhluk Allah yang paling dicintaiNya dan paling mulia disisi-Nya, tidak peduli terhadap kadar nikmat  dan tidak pula mensyukurinya, bahkan mengubahnya menjadi kekufuran, maka ketaatan orang semacam ini dan kepergiannya bersama Rasulullah SAW merupakan sesuatu yang dibenci oleh Allah. Disebabkan mereka melemahkan keinginginanya, agar orang itu tidak melakukan apa yang diperintahkan Allah, yaitu pergi kemedan perang. Lalu Allah membisikan kedalam hatinya suatu bisikan agar dia tinggal bersama orang-orang yang tinggal. 
Ibnu Qayyim menjelaskan lebih lanjut bahwa kepergian orang-orang yang ikut berperang dalam keadaan keraguan, maka kepergiannya itu tidak diterima oleh Allah dan hanya akan membawa kerusakan bagi orang-orang mukmin. Hal ini didasarkan oleh Ibnu pada al-Qur’an Surat At-Taubah (9): 47, yaitu :
Artinya : “Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka”  
Pada Q.S Al-Baqarah (2): 10 Ibnu Qayyim telah menjelaskan bahwa salah satu dari kandungan qalb adalah penyakit. Sedangkan Qalb yang mengandung keragu-raguan pada ayat ini lebih kepada jenis dari penyakit qalb itu sendiri. Yang membedakan adalah penjelasan kandungan qalb pada Q.S Al-Baqarah lebih bersifat umum, sedangkan penjelasan kandungan qalb pada Q.S At-taubah (9): 45 lebih bersifat khusus. Demikian juga pada  Q.S At-Taubah (9) : 110, Ibnu Qayyim menafsiri sebagai hati yang mengandung keragu-raguan.  
C.     Qalb Bermakna Hati Yang Mengandung Kemunafikan  
Q. S At-Taubah (9):127       
Artinya : “Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): "Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?" sesudah itu merekapun pergi. Allah Telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” 
Pada ayat ini Ibnu Qayyim menjelaskan sikap orang-orang munafik terhadap al-Qur’an. Lafal Qalb pada ayat di atas beliau ditafsiri sebagai hati yang mengandung kemunafikan. Menurut beliau ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah sedang mengabarkan perbutan orang-orang munafik, yaitu berpaling. Ibnu Qayyim menjelaskan ayat ini juga sedang mengabarkan perbuatan Allah sendiri, yaitu memalingkan hati orang-orang munafik dari memperhatikan al-Qur’an , karena mereka memang bukan orang yang patut memperhatikannya. Dijelaskan oleh Ibnu Qayyim berdasarkan QS. At-taubah (9) : 127 ada dua hal hati yang layak untuk memperhatikan al-Qur’an karena, yaitu : pertama, pemahaman yang baik dan tujuan yang baik. Menurut Ibnu Qayyim hati orang-orang munafik tidak layak untuk memperhatikan al-Qur’an. Karena pemahaman dan tujuan mereka ingin mengambil manfaat yang lain, selain mengharap ridlo Allah. Ibnu Qayyim kemudian menguatkan pendapatnya dengan menukil Surat Al-Anfal (8): 23, yaitu:                         
 “ Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan Jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”
Dari ayat ini Allah mengabarkan penolakan iman yang ada pada diri mereka. Tidak ada kebaikan pada diri mereka meskipun iman itu masuk ke dalam hati mereka. Allah tidak membuat mereka mendengar karena dorongan keinginan untuk memahami al-Qur’an mengambil manfaat lain, selain ridla Allah Swt . Hasil pendengaran orang-orang munafik seperti yang dilakukan orang-orang mukmin, tidak akan terwujud pada diri mereka. Padahal Allah ingin menegakkan hujjah atas diri mereka. Dari  ayat ini Kemudian Allah mengabarkan ada penghalang lain yang ada di dalam hati mereka, sehingga mereka tidak beriman meskipun Allah telah membuat mereka mendengar. Pendengaran ini bersifat khusus, yaitu takabur dan berpaling. Yang pertama menghalangi pemahaman dan yang kedua menghalangi untuk patuh dan tunduk. Pemahaman mereka buruk dan tujuan mereka hina
Kelayakan hati yang kedua, didasarkan oleh Ibnu Qayyim pada lafa>d}z  
" sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka”                                                
Dari penjelasan yang kedua ini Ibnu Qayyim tidak menjelaskan secara pasti. Beliau hanya mengatakan bahwa bentuknya bisa artikan khabar atau pengulangan. Berpalingnya hati mereka dari al-Qur’an bisa diartikan karena hukuman kehendak Allah, disebabkan karena mereka tidak layak untuk memahami al-Qur’an. Kehendak Allah memalingkan hati mereka didasarkan oleh Ibnu Qayyim pada  Q.S AsShaf (61): 5 yaitu:
Yang artinya: Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.
Ayat-ayat qalb yang ditafsirkan serupa dengan makna hati yang mengandung kemunafikan diantaranya:  Q.S Nisa ( 4 ): 63, Q.S .AlMu’minun ( 23 ): 63, dan Q.S Al-Mujaddillah (58) : 22.  

D.    Qalb Bermakna Hati Yang Mengandung Kedamaian
Q. S Ar-Ra’d (13): 28
Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Menurut Ibnu Qayyim qalb  yang dimaksud pada ayat di atas adalah hati yang mengandung ketentraman atau kedamain. Penjelasan ini berdasarkan penjelasan beliau, pada lafaldz ath - thuma’niinah yang diartikan ketentraman hati kepada sesuatu dan tidak terguncang atau resah karenanya. Ibnu Qayyim mengutip sebuah atsar yang sudah mashur yakni ,“ kejujuran adalah ketentraman dan dusta adalah keragu-raguan.”. dengan kata lain, hati yang mendengar menjadi tentram dan tentram karena kejujuran, sedangkan kedustaan pasti mendatangkan kerisauan.
Berdasarkan Q.S Ar-ra’d (13): 28 Ibnu Qayyim menjelaskan tentang makna dzikrulla>h yaitu : Pertama, hati yang tentram dikarenakan mengingat Allah.Kedua,  yang dimaksud dzikrulla>h adalah mengingat atau memahami al-Qur’an.25Menurutnya Hati orang-orang mukmin tidak menjadi tentram kecuali dengan al-Qur’an, Allah menjadikan ketentraman di dalam hati orang-orang mukmin karena selalu ingat kepada Allah. Dan Allah menjadikan kegembiraan, kesenangan, pujian dan berita gembira akan masuk surga bagi orangorang yang hatinya tentram. Maka keberuntungan yang besar bagi mereka.
Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan hal serupa dengan Ibnu Qayyim, bahwa qalb pada ayat tersebut mempunyai makna hati yang mengandung ketenangan. Quraish Shihab mengutip Q.S Al Anfal ( 8 ) : 2
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Menurutnya pada Q.S Ar-Ra’d (13) : 28, tidak bertentangan dengan Q.S Al-Anfal (8): 2 , karena ini ayat merupakan penjelasan tentang orang-orang mukmin yang yakin kepada kekuasaan dan kebesaran Allah. Hatinya akan selalu bergetar apabila disebut namaNya, dan terpancarlah hati mereka. Sehingga menghasilkan rasa tenang dalam menghadapi segala sesuatu, karena mereka sudah berserah diri atau bertawakal.
2.      Macam-Macam Qalb Berdasarkan Sifatnya
Untuk mengetahui macam-macam qalb penulis menelusuri sejumlah ayat yang dianggap komprehensif, terkait dengan macam-macam qalb .Adapun pembagian atau macam-macam qalb , yang penulis teliti dalam Tafsir al-Qayyim adalah sebagai berikut : 
A.      Qalb Bermakna Hati Yang  Bersih Atau Sehat
  Q.S Asy-Syu’ara (26) : 88-89
Artinya : “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”
Lafal qalb pada ayat di atas beliau tafsirkan dengan hati yang bersih atau sehat, karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hatinya, sebagaimana kata Al -‘ Alim , Al Qadir ( Yang Maha Mengetahui, Mahakuasa ). Di samping ia juga merupakan lawan dari sakit dan aib. Dalam arti sifat bersih dan sehat telah melekat pada hati tersebut.  Banyak ungkapan yang berbeda-beda tentang makna qalbun salim , namun Ibnu Qayyim sepakat dengan yang merangkum berbagai pendapat itu yakni yang mengatakan qalbun salim , yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah, bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang bertentangan dengan berita-Nya. Ia selamat dari melakukan penghambaan selain kepada-Nya, selamat dari pemutusan hukum oleh selain Rasul-Nya, bersih dalam ketakutan dan berpengharapan pada                                                 Nya, dalam bertawakal kepada-Nya, dalam kembali kepada-Nya, dalam menghinakan diri dihadapan-Nya, dalam mengutamakan mencari ridhaNya disegala keadaan dan dalam menjauhi dari kemungkaran karena apapun. Dan inilah hakikat penghambaan ( Ubudiyah) yang tidak boleh ditujukan selain kepada Allah semata. Jadi qalbun salim ialah, hati yang selamat dari menajadikan sekutu untuk Allah dengan alasan apapun.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal serupa ialah terdapat dalam Q.S As-Shaffat (37): 84 
Artinya :“(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang bersih.”
Akan tetapi dalam ayat ini Ibnu Qayyim tidak menjelaskan lebih lanjut, mengenai deskripsi penjelasan ayatnya. Mengingat Tafsir alQayyim adalah merupakan kumpulan dari tafsir ayat al-Qur’an Ibnu Qayyim yang disusun oleh Muhammad Uwais, dimana didalamnya tidak mencantumkan seluruh ayat al-Qur’an.  
B.     Qalb Bermakna Hati yang Keras
Q.S Al-Imran ayat 159
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” 
Lafal qalb pada ayat di atas ditafsirkan beliau sebagai hati yang bersifat keras. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa “ hati itu adalah bejana Allah yang di bumi-Nya. Bejana yang paling disukai-Nya, ialah yang paling lembut, kuat, dan bening.
Kebalikan dari hati ini ada dua hati yang tercela, yang dapat dilihat dari dua sifat kebalikannya.
Pertama, hati yang membatu dan keras, di dalamnya tidak ada kebajikan dan kebaikan, tidak bening sehingga kebenaran tidak terlihat disana, bodoh dan semena-mena, tidak memiliki ilmu tentang kebenaran dan tidak memiliki kasih sayang terhadap makhluk.
Kedua,kebalikan dari yang pertama adalah hati yang lembek seperti air, tanpa ada kekuatan dan keteguhan, ia menerima segala rupa dan sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menjaga rupa-rupa itu, tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi yang lain. Bahkan apapun yang berdekatan dengannya, maka ia akan terpengaruh olehnya, baik pengaruh itu kuat, atau lemah, baik maupun buruk.
C.     Qalb Bermakna Hati Yang  Tertutup 
Q. S Al- Baqarah Ayat 88
Artinya : “Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi Sebenarnya Allah telah mengutuk mereka Karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman”
Menurut beliau yang dimaksud ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ ialah, hati yang tidak bisa memahami-Nya dan apa yang telah difirmankan-Nya. Diterangkan oleh beliau dari sisi linguistik bahwa bentuk sejenisnya ialah seperti aghlaf / ,  أﻏﻠﻒ ahram / أﺣﺮم, dan hurum / ﺣﺮم. Segala sesuatu yang berada dalam tutupan disebut aghlaf / أﻏﻠﻒ , seperti perkataan “ saifun aghlaf ” / ( pedang yang disarungkan ), “ qausun aghlaf ” ( busur panah yang dibungkus ), “ raju>lun aghlaf ” ( pria yang tidak dikhitan). Ibnu Qayyim sepakat dengan mayoritas ulama mufasir bahwa makna ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ adalah di atas hati kami ada tutupan, sehingga dia tidak memahami apa yang dikatakan.
Ibnu Qayyim kemudian menambahkan satu ayat untuk menguatkan makna ﻗﻠﻮﺏﻨﺎ ﻏﻠﻒ dengan mengutip Q.S  Fusillat ayat 5 ,
Artinya:Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding,
Adapun ayat lain yang beliau tafsiri sama ialah pada Q.S Al-Baqarah ayat 7 dan  Q.S  An-Nisa ayat 155.38
Artinya : dan mereka mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, Karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. 
D.    Qalb Bermakna Hati Yang  Lalai 
Q.S Al-Kahfi ayat 28
Artinya : “dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
Ayat ini adalah merupakan larangan Allah agar seseorang tidak mengikuti atau meniru orang yang hatinya lalai, dalam artian lebih mementingkan diri sendiri dan hawa nafsunya. Ibnu Qayyim menafsiri sebagai hati yang lalai. Hal ini didasarkan pada penjelasan beliau mengenai lafal “ al ghuflu ” yang diartikan sesuatu yang kosong, “ al ardhu al ghuflu ” artinya tanah yang tidak ada tanda-tanda disana. “Alkitab al - ghuflu”, artinya tulisan yang tidak ada syakalnya. Aghfalna>ahu artinya kami biarkan dia lalai untuk mengingat dan kosong dari dzikir. Jadi ini merupakan ketiadaan sama sekali. Karena Allah tidak dikehendakinya untuk diingat, maka dia dalam keadaan lalai dan lalai menjadi sifatnya.42 
3.      Fungsi  Qalb
Fungsi utama qalb adalah sebagai alat untuk memahami realitas kehidupan dan nilai-nilai. Adapun berdasarkan unsur spesifiknya, qalb mempunyai beberapa fungsi yaitu. Berfikir, bertadabbur, berdzikir, dan merasakan. Berikut ini ayat-ayat qalb dalam Tafsir al-Qayyim yang menjelaskan tentang fungsi qalb tesebut :
A.     Berfikir
Surat Qaf  ayat 37 
Artinya : Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Ayat ini  merupakan penjelasan Ibnu Qayyim tentang bagaimana adab ketika seseorang membaca al-Qur’an. Dalam ayat ini qalb difungsikan sebagai alat untuk berfikir. Menurut Ibnu Qayyim apabila seseorang ingin mengambil manfaat dari al-Qur’an, maka hendaknya ia menyatukan antara penglihatan, pendengaran dan hatinya.
Pada lafadz tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim sebagai hati yang hidup dan mau memikirkan firman Allah. Dari penjelasan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu fungsi qalb adalah untuk berfikir.                                        
B.     Bertadabbur
Surat Al-Hajj ayat 46
Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Sebagaimana akal, qalb juga berfungsi untuk bertadabbur dalam arti memahami realitas yang ada. Dalam ayat tersebut, qalb mempunyai potensi  dapat memutuskan  sesuatu atau melakukan sesuatu, dan dari potensi inilah, maka yang harus dipertanggunggjawabkan  manusia kepada Tuhannya adalah apa yang disadari oleh qalb dan fuad .  Sebagaimana firman-Nya: 
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan oleh sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”
Dalam ayat lain Allah juga berfirman:
"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan  hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra' (17): 36).
Seperti halnya dikatakan sebelumnya bahwa Tafsir al-Qayyim adalah merupakan kumpulan dari tafsir ayat al-Qur’an Ibnu Qayyim, dimana tidak seluruh ayat al-Qur’an dicantumkan di dalamnya. Ayatayat tersebut diatas tidak dijelaskan oleh Ibnu Qayyim mengenai deskripsi ayatnya.
C.     Berdzikir
Q. S Ar-Ra’d ayat 28
Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Ayat ini pada penjelasan sebelumnya dijelaskan bahwa, menurut Ibnu Qayyim salah satu kandungan qalb adalah ketenangan atau kedamain. Pada ayat yang sama Ibnu Qayyim memberikan keterangan bahwa qalb berfungsi untuk berdzikir.
Dzikrulla>h pada ayat ini ditafsiri oleh Ibnu Qayyim, yaitu dengan mengingat al-Qur’an.51 Ayat yang  ditafsirkan serupa oleh Ibnu Qayyim ialah pada Surat Az-Zukhruf  36
Q.S Az-Zukhruf 36
Artinya : Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. 
Dalam keterangan Ibnu Qayyim dijelaskan bahwa hanya dengan keyakinan dan keimanan hati seorang mukmin akan menjadi tenang, sementara tidak akan pernah didapat keinginan itu kecuali melalui alQur’an. Sedangkan keresahan dan kegundahan akan timbul dengan meninggalkan al-Qur’an.
D.    Merasakan 
 Q.S  Al-hadid ayat 27
Artinya : Dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengadaadakan rahbaniyyah. Padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.
Ayat ini adalah merupakan kisah para pengikut Nabi Isa, yang mau mengikuti ajaran dan petunjuknya. Demi rasa cintanya kepada Nabi Isa, mereka menjalani hidup bagaikan ala pendeta yang selalu sibuk mengagungkan Tuhannya. Ayat ini memberikan beberapa indikasi tentang adanya fungsi qalb yaitu untuk merasakan. Ibnu Qayyim menjelaskan lafaz| rahbaniyyah  adalah manshuub karena istitsna , pengecualian yang terputus. Dengan kata lain, mereka tidak melakukan dan mengada-adakan melainkan kecintaan untuk mencari keridloan Allah.[11]  

II.            PENUTUP
A.     Kesimpulan
Qalb memang lebih banyak diperbincangkan oleh kaum sufi, bagi mereka qalb merupakan sesuatu yang bersifat halus dan rabbani sehingga mampu mencapai hakikat sesuatu,perolehan  hakikat pengetahuan ini dapat dicapai oleh qalb ketika manusia telah mensucikannya,hingga terbukanya tirai yang menghalangi Qalb ( Kasyf ) sehingga ia berada dalam keadaan yang suci,sehingga mendapatkan ilham (bisikan suci dari Allah).
Dalam Al-Qur’an kata qalb disebutkan sebanyak 122 kali yang tersebar dalam 45 surat dan 112 ayat. Yang menjelaskan tentang Iman terdapat di 43 ayat. Terdapat 24 ayat yang menjelaskan bahwa qalb mampu menampung perasaan takut, gelisah, harapan, dan ketenanganSelanjutnya terdapat 20 ayat yang menjelaskan bahwa qalb  mampu menerima dan menyimpan sifat-sifat seperti keteguhan hati, kesucian, kekasaran, kekerasan, dan sifat sombong Dan di dalam 7 ayat yang lain, dijelaskan qalb memiliki kemampuan untuk memahami (dengan menggunakan aql) fakta-fakta sejarah dengan mengarahkan kemampuan pendengaran, penglihatan, dan pikiran Dan ia dapat menjadi buta karena tidak digunakan.
Adapun beberapa poin penting yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1.      Dari ayat-ayat qalb yang telah ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim , qalb lebih cenderung dimaknai sebagai suatu alat untuk menghubungkan diri seorang hamba dengan Tuhannya (Allah Swt) , Menurutnya hanya  hati yang mengingat Allah yang bisa merasakan ketentraman dan kedamaian. Jika kedekatan terhadap Allah terpatri kokoh dalam diri seorang hamba maka dia tidak akan tergelincir pada kecintaan selain Allah. Sedangkan kecintaan pada kehidupan dunia sebagai suatu kecenderungan tabiat manusia menurutnya dibolehkan asalkan kecintaan itu dilandaskan atas cinta karena Allah Swt.

2.       Fungsi qalb secara spesifik diantaranya ialah : untuk berfikir, berdzikir,bertadabbur, dan merasakan. Menurut Ibnu Qayyim qalb seharusnya difungsikan untuk memikirkan ayat-ayat Allah dalam al-Qur’an, karena dengan mengetahui perintah dan larangan-Nya, seseorang akan dapat mendekatkan diri pada Tuhannya.Menurutnya hanya qalb yang berdzikir atau mengingat Allah yang akan dapat merasakan ketentraman dan kedamain.

3.      Dengan adanya degradasi moral, penafsiran ayat-ayat qalb Ibnu Qayyim menawarkan pentingnya introspeksi yaitu dengan jalan membersikan hati, sehingga dapat memunculkan akhlak  yang mulia. Maksudnya ialah dengan mengosongkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Qalbun Sali>m ditafsirkan oleh Ibnu Qayyim sebagai hati yang bersifat bersih dan sehat, dalam arti sifat itu telah menyatu dengan qalb (hatinya). sedangkan qalbun marid ialah hati yang mengandung penyakit, dimana didalamnya mengandung unsur-unsur keragu-raguan, kecintaannya terhadap nafsu syahwat dan kesesata


DAFTAR  PUSTAKA

M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas berbagai persoalan umat), (Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007

Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an,
Abdul mujib, “ Fitrah dan Kepribadian Islam; Sebuah Pendekatan Psikologis “, Darul Fatah, Jakarta,

Imam al-Ghanzali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, penerjemah: Abdul Rosyad Siddiq (Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana, 2008)

Hasyim Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat Sufistik dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015,

Lajnah Pentashhihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pendidikan dan Pembangunan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Aku Bisa), 2012, hal. 68. Mengutip dari Muhammad Sadati Asy-Syinqit, Al-Qalb Fil Qur’an, hal. 17. Diambil dari buku Psikologi Qur’ani oleh Hasyim Muhammad,

M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Musbah, vol. 1 Jakarta: Lentera Hati, 2000

Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an,

Amin Marzuqi. 2010. Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Dalam Kitab at- Tafsir Al-Qayyim). Sekripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ushuludin Studi Agama, Dan Pemikiran Islam UIN Sunan KaliJaga



[1] M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas berbagai persoalan umat), (Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007, hal. 381.
[2] Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an,
[3] Abdul mujib, “ Fitrah dan Kepribadian Islam; Sebuah Pendekatan Psikologis “, Darul Fatah, Jakarta, 199
[4] Imam al-Ghanzali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, penerjemah: Abdul Rosyad Siddiq (Jakarta: AKBAR Media Eka Sarana, 2008) h. 221
[5] Hasyim Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat Sufistik dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015, hal. 16
[6] Hasyim Muhammad, Psikologi Qur’ani: Tafsir tematik ayat-ayat Sufistik dalam Al-Qur’an, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya), 2015, hal. 13.
[7]Ibid, hal. 14.
[8] Lajnah Pentashhihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pendidikan dan Pembangunan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Aku Bisa), 2012, hal. 68. Mengutip dari Muhammad Sadati Asy-Syinqit, Al-Qalb Fil Qur’an, hal. 17. Diambil dari buku Psikologi Qur’ani oleh Hasyim Muhammad, hal. 14.
[9] M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Musbah, vol. 1 Jakarta: Lentera Hati, 2000, hal. 8.
[10] Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an, h.102-105

[11] Amin Marzuqi. 2010. Penafsiran Qalb Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Dalam Kitab at- Tafsir Al-Qayyim). Sekripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ushuludin Studi Agama, Dan Pemikiran Islam UIN Sunan KaliJaga

0 comments:

Post a Comment

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

kumpulan makalah afif

Popular Posts

Powered by Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Kumpulan Artikel dan Makalah Belajar Lebih Dalam Tentang Islam | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com