Pages - Menu

Pages - Menu

Thursday 12 October 2017

Mengobati Hati Yang Mengandung Penyakit

HATI MENGANDUNG PENYAKIT
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Tasawuf II
Dosen Pengampu : Ibu Arikhah M. Ag.

Disusun oleh:
Moh. Sholeh Afif        (1604046012)
JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
SEMARANG
 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hati secara jasmani adalah suatu organ manusia yang terletak di dada sebelah kiri. Sedangkan Hati secara rohani merupakan hati yang berada dalam jiwa manusia  dan berfungsi sebagai pusat perasaan. Biasanya secara spontanitas seseorang akan otomatis mengelus dadanya jika mengalami sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.Inilah yang menunjukkan bahwa hati sebagai pusat perasaan dan terletak di dada manusia.
Perbedaan penyakit hati secara jasmani dan rohani adalah kalau secara jasmani dapat dirasakan sendiri, tetapi kalau secara rohani orang lain lah yang mengetahui penyakit hati tersebut.
Dalam makalah ini yang berjudul Hati Mengandung Penyakit akan dijelaskan secara detail tentang penyakit hati, penyakit disini bukan penyakit secara jasmani seperti liver dan sebagainya, akan tetapi penyakit disini penyakit rohani, seperti sombong, iri, dan lain-lain.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Hati ?
2.      Bagaimana Hati Mengandung Penyakit ?
3.      Bagaimana Cara Mengobati Penyakit Hati ?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Hati
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Hati adalah alat organ badan yang berwana kemerah-merahan dibagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Hati juga dapat diartikan sesuatu yang ada didalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dsb).
Kata Hati atau Qalb ((القلب berasal dari bahasa Arab yang berarti membalik. Hal ini dikarenakan keadaan hati manusia seringkali berbolak-balik, terkadang susah, terkadang bahagia, sesekali setuju bahkan menolak.[1]
Dimensi insaniah psikis manusia yang lain adalah Hati atau qalb, ia adalah bentuk masdar (kata benda dasar) dari kata qalabaI yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Sedangkan dalam pengertian psikis, Hati adalah suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan.[2]

B.     Hati Mengandung Penyakit
Hati menduduki posisi sentral dalam kehidupan manusia, tidak saja karena hati menjadi hakim dalam menentukan berbagai aktivitas setelah terlebih dahulu mendapatkan berbagai alternatif yang diinformasikan oleh kecerdasan nalar rasionaltas otak tetapi juga karena hati menjadi tolak ukur dalam mengukur sehat tidaknya kondisi jiwa seseorang. Apabila hati secara rohani berada dalam kondisi sakit tak tertahankan, maka kondisi tersebut berpengaruh kepada kondisi fisik secara lahiriah. Seseorang yang memiliki penyakit hati tidak dapat mengetahui penyakitnya sendiri walaupun dengan alat medis canggih sekalipun. Penyakit hati susah untuk diobati dan akan mendapatkan siksa di akhirat kelak.[3]  
Setiap organ tubuh manusia memiliki pasti pernah mengalami penyakit, salah satu contohnya adalah hati. Jika seseorang tidak kuat secara iman dan mental maka hatinya akan mudah terkena penyakit. Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit hati :
1.      Ujub, secara bahasa, membanggakan diri (al-ijab) yaitu mengagumkan dan menganggap baik atau dibuat kagum akan hal itu. Secara istilah berarti membanggakan diri dengan segala sesuatu yang muncul dari dirinya baik ucapan maupun perbuatan, sambil tidak membandingkan dengan orang lain.
2.      Al-Ghurur, secara bahasa kata al-ghurur berarti terpedaya oleh diri sendiri. Secara istilah berarti seseorang yang berjuang di jalan Allah merasa bangga terhadap dirinya sendiri sampai meremehkan dan menyepelekan segala sesuatu yang dilakukan orang lain, tetapi tidak menghina pribadi orang tersebut.
3.      Al-Takabbur, secara bahasa berarti merasa besar atau menunjukan kebesaran. Secara istilah berarti menunjukkan kebanggaan pada diri sendiri dengan melecehkan pribadi orang lain dan tidak mau menerima kebenaran yang datang dari mereka.
4.      Riya, secara bahasa berasal dari kata Ru’yah berarti memperlihatkan. Secara istilah berarti usaha seseorang untuk menampakkan amal-amal baiknya agar diketahui oleh orang lain dengan tujuan agar mendapatkan tempat dan kedudukan yang baik disisi mereka atau karena untuk mendapatkan keuntungan duniawi dari mereka.[4]

C.    Cara Mengobati Penyakit Hati
Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit hati, sebagai contoh adalah faktor lingkungan, pergaulan, kurang mengenal Allah Swt, dan lain-lain. Faktor terbesar yang mempengaruhi penyakit hati ialah kurang mengenal Allah Swt, seseorang yang mental dan imannya kuat, sehebat apapun cobaanya akan tegar dan tabah dalam menjalankan cobaan tersebut.
Apabila hati sudah terkena penyakit maka perlu diobati, Menurut Syaikh Ibrahim al-Khawas, obat hati ada lima macam, yaitu:
1.      Membaca Al-Qur’an dengan mengangan-angan maknanya.
2.      Perut harus dikosongkan yang artinya berpuasa.
3.      Melakukan shalat malam.
4.      Merendah, tafakur atau berdzikir disaat seperempat malam akhir, yaitu waktu sahur.
5.      Harus selalu bergaul dengan orang-orang shalih.[5]
Sedangkan menurut buku yang berjudul Mengobati 7 Penyakit Hati karangan Sayyid Muhammad Nuh, cara mengobati hati adalah sebagai berikut :
1.      Selalu mengingat Allah Swt.
2.      Menghadiri majelis-majelis ilmu.
3.      Menerima dengan ikhlas kritik dan saran orang lain.
4.      Berdo’a dan memohon pertolongan Allah Swt.
5.      Menjalankan perintah dan menjauhi hal yang buruk yaitu hal yang dilarang Allah.
6.      Bergaul dengan orang yang baik.
7.      Introspeksi diri dan memperbaiki diri dengan menjalankan rutinitas yang positif dan meninggalkan hal yang bersifat negatif.
8.      Berpikir ke depan sebelum melakukan sesuatu, apakah nantinya yang kita lakukan berdampak baik atau buruk.
9.      Menjauhi perkara yang shubhat.
10.  Mengontrol nafsu dan syahwat.[6]
Dalam rangka pengobatan hati yang sedang sakit, HAMKA membarikan arahan agar seseorang melakukan 4 hal, yaitu :
1.      Shajaah, yaitu berani melakukan kebenaran dan takut melakukan kesalahan.
2.      Iffah, yaitu pandai menjaga kehormatan batin.
3.      Hikmah, yaitu tahu rahasia dari pengalaman kehidupan.
4.      Adalah, berlaku adil walaupun kepada diri sendiri.[7]






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hati adalah salah satu organ tubuh manusia yang terletak dibagian kanan atas rongga perut, hati juga dapat diartikan sebagai perasaan atau hal yang bersifat kerohanian. Setiap manusia pernah memiliki penyakit hati dan penyakit tersebut hanya dapat diketahui oleh orang lain, maka dari itu kita diharuskan untuk menerima kritik dan saran dari orang lain, karena itu dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang yang lebih baik. Contoh penyakit hati ada sombong, riya, ujub, dll. Dan cara mengobatinya adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sejatinya semua yang diperintahkan Allah itu baik, dan ada manfaatnya.














DAFTAR PUSTAKA

·         Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati 7 Penyakit Hati, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004)
·         Moh. Saifullah Al-Aziz S., Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang, 2004)
·         M. Hasyim Syamhudi, Akhlak-Tasawuf, (Malang: Madani Media: 2015)
·         M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas berbagai persoalan umat), (Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007
·         Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an




[1]M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Qur’an (tafsir tematik atas berbagai persoalan umat), (Bandung: PT. Mizan Pustaka), 2007, hal. 381.
[2] Hj. Sri Purwaningsih, M.Ag, Hati Nurani Adi Personal dalam Al-Qur’an
[3] M. Hasyim Syamhudi, Akhlak-Tasawuf, (Malang: Madani Media: 2015). Hlm. 144
[4] Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati 7 Penyakit Hati, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm. 13-73
[5] Moh. Saifullah Al-Aziz S., Cahaya Penerang Hati, (Surabaya: Terbit Terang, 2004), hlm. 285-286
[6] Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati 7 Penyakit Hati, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2004), hlm. 26-95
[7] M. Hasyim Syamhudi, Akhlak-Tasawuf, (Malang: Madani Media: 2015). Hlm. 149

No comments:

Post a Comment