Pages - Menu

Pages - Menu

Thursday 12 October 2017

Peran Tasawuf Di Era Globalisasi (Isu Penting Globalisasi dan Cara Tasawuf Menangani Isu Tersebut)

PERAN TASAWUF DI ERA GLOBALISASI
A.    Pendahuluan
Zaman sekarang adalah zaman modern dimana kita dapat dengan mudah mengakses segala sesuatu hanya dengan jari telunjuk saja, yaitu dengan menggunakan internet. Dimasa globalisasi ini segala sesuatunya pun dapat lebih mudah dengan canggihnya berbagai macam teknologi canggih, untuk itu kita dituntut agar bisa memanfaatkan kelebihan itu dengan sebaik baiknya, jangan sampai malah menjadikan kita terjerumus ke arah yang salah.
Ketika sains mulai berkembang yang membuahkan  teknologi modern, di dunia Barat sekarang ini telah merasa kehilangan makna kemanusiaannya, kehidupan yang dibelenggu oleh paham individualis, kasih sayang dan silaturrahmi sudah memudar, manusia sibuk berkompetisi dan tolok ukur keberhasilan seseorang terletak pada materi, mereka telah teralienasi dari nilai spiritual dan Tuhannya, sehingga tidak mengherankan jika akhir-akhir ini tasawuf mulai merebak dibicarakan. Sebagai salah satu jalan menangkal material dan sekular adalah melalui tasawuf karena di dalamnya tersimpan konsep-konsep spiritual Islam yang cukup kaya dan dalam.

B.     Makna Globalisasi dan Karakteristiknya
Globalisasi berasal dari kata “the globe” (Inggris) atau “la monde” (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Pada prinsipnya globalisasi mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi, komunikasi, transformasi, informasi yang membawa bagian-bagian dunia yang jauh bisa jangkau dengan mudah.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an. Pada tahun 200, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasikan empat aspek dasar globalisasi : perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia dan pebebasan ilmu pengetahuan. Selain itu tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancing berlebihan dari laut juga ada hubungan dengan globalisasi. Proses globalisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber data sosial0budaya dan lingkungan alam. [1]
Globalisasi ditandai dengan berbagai hal, yaitu :
a.       Globalisasi terkait erat dengan kemajuan inovasi teknologi, arus informasi atau komunikasi yang lintas batas negara.
b.      Globalisasi tidak dapat dilepaskan dari akumulasi kapital, semakin tingginya intensitas arus investasi, keuangan, dan perdagangan global.
c.       Globalisasi berkaitan dengan semakin tingginya intensitas perpindahan manusia, pertukaran budaya, nilai dan ide yang lintas batas negara.
d.      Globalisasi ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar bangsa namun juga antar masyarakat.

C.    Isu-Isu Penting Dalam Globalisasi
Globalisasi membawa dampak baik dan buruk, baik ketika kita siap dan buruk ketika kita gagap. Realitas globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sifar individualistis serta mengakibatkan pola hidup masyarakatsemakin dilandasi oleh persoalan persoalan ekonomi. Hal ini cukup mencemaskan, namun perlu disadari bahwa globalisasi adalah sebuah proses dan belum menjadi sebuah produk akhir.
Masyarakat modern memiliki sikap hidup yang mengutamakan materi, memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat, ingin menguasai aspek kehidupan dan hanya percaya terhadap rumus-rumus pengetahuan empiris saja. Serta sikap hidup yang positivis yang hanya berlandaskan akal. Pada jiwa seseorang yang seperti ini dikhawatirkan akan terjadi sesuatu dikemudian hari seperti yang Allah janjikan akan membuat bencana di darat dan di laut sebagai peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar.
Dari berbagai persoalan diatas terdapat isu-isu penting dalam globalisasi adalah sebagai berikut:
1.      Penyalahgunaan ilmu pengetahuan dam teknologi. Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritua, maka IPTEK telah disalahgunakan dengan segala cara implikasi negatifnya. Kecanggihan dibidang teknologi komunikasi dan lainnya telah digunakan untuk menggalang kekuatan guna menghancurkan moral umat manusia.
2.      Pendangkalan iman. Sebagai akibat akibat lain dari pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal ilmunya.
3.      Desintegrasi ilmu pengetahuan. Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki cara pandang tersendiri dalam menghadapi masalah yang dihadapi.
4.      Pola hubungan meteralistik. Semangat persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong  yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak nampak lagi, karena imannya memang sudah dangkal. Pola hubungan satu dan yang lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
5.      Menghalalkan segala cara. Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka manusia dapat dengan mudah menggunakan prinsip menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
6.      Kepribadian yang pecah. Karena kehidupan masyarakat modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah.
7.      Stress dan frustasi. Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus menyerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Mereka harus bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan.
8.      Kehilangan harga diri dan masa depannya. Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk mempruntukan hawa nafsu dan segala daya dan cara yang ditempuhnya. Kemudian timbulah penyesalan dikemudian hari.[2]

D.    Respon Tasawuf Terhadap Isu-Isu Globalisasi
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah, salah satu cara yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Mengapa sufisme perlu dimasyarakatkan pada mereka? Jawabnya terdapat tiga tujuan.
Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangya niali-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris (batin) Islam, baik trhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non Islam, khususnya terhadap masyarakat barat. Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek estoteris Islam, yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lai ajaran islam. Dalam hal ini Nashr menegaskan tarikat” atau jalan rohani” yang biasnya dikenal sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam, sebagaimana syari’at berakar pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah.
Intisari ajaran tasawuf sebagaimana faham mistisisme dalam agama-agama lain, adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada di hadirat-Nya. Orang yang telah sampai pada tujuan tersebut diatas akan selamat dari jeratan duniawi. Dengan demikian, seseorang yang tidak bisa melepaskan kaca mata ilmiahnya, lalu beralih pada penglihatan mata hatinya, maka sulitlah baginya menangkap bayang-bayang Tuhan, mengadakan dialog dengan-nya. Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintregasikan seluruh ilmu pengetahuan yang nampak berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan.
Dengan adanya bantuan dari tasawuf ini maka ilmu pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Hubungan ilmu dengan ketuhanan yang diajarkan agama islan jelas sekali. Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, dan agama menentukan arah yang dituju. Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti Demikian pula tarikat yang terdapat dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqamah, jiwa yang selalu diisi dengan nilai-nilai ketuhanan.
Selanjutnya ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan ia memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi bahkan hilang ingatan alias gila dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan dalam tasawuf yaitu selau pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik yang merajalela dalam kehidupan modern ini dapat memerapkan dengan konsep zuhud, yang pada intinya sikap yang tidak mau diperbudak atau terperangkap oleh pengaruh duniawi yang sementara itu.[3]

E.     Kesimpulan
Globalisasi berasal dari kata “the globe” (Inggris) atau “la monde” (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia.
Globalisasi membawa dampak baik dan buruk, baik ketika kita siap dan buruk ketika kita gagap. Realitas globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sifar individualistis serta mengakibatkan pola hidup masyarakat semakin dilandasi oleh persoalan persoalan ekonomi. Kehidupan yang berakhlaq dan bertasawuf adalah salah satu cara menghadapi era globalisasi.

 DAFTAR PUSTAKA
Subhan Murtado: “Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf di Pondok Pesantren Dalam Upaya Menghadapi Era-Globalisasi” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015).
Munir Amin Samsul: “Ilmu Tasawuf” (Jakarta: Teruna Grapica, 2012).



[2] Subhan Murtado: “Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf di Pondok Pesantren Dalam Upaya Menghadapi Era-Globalisasi” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015) H 69-72.
[3] Munir Amin Samsul: “Ilmu Tasawuf” (Jakarta: Teruna Grapica, 2012), H 33.

No comments:

Post a Comment