PERAN TASAWUF DI ERA GLOBALISASI
A.
Pendahuluan
Zaman sekarang adalah zaman modern dimana kita dapat dengan mudah
mengakses segala sesuatu hanya dengan jari telunjuk saja, yaitu dengan menggunakan
internet. Dimasa globalisasi ini segala sesuatunya pun dapat lebih mudah dengan
canggihnya berbagai macam teknologi canggih, untuk itu kita dituntut agar bisa
memanfaatkan kelebihan itu dengan sebaik baiknya, jangan sampai malah
menjadikan kita terjerumus ke arah yang salah.
Ketika sains mulai berkembang yang membuahkan teknologi modern, di dunia Barat sekarang ini
telah merasa kehilangan makna kemanusiaannya, kehidupan yang dibelenggu oleh
paham individualis, kasih sayang dan silaturrahmi sudah memudar, manusia sibuk
berkompetisi dan tolok ukur keberhasilan seseorang terletak pada materi, mereka
telah teralienasi dari nilai spiritual dan Tuhannya, sehingga tidak
mengherankan jika akhir-akhir ini tasawuf mulai merebak dibicarakan. Sebagai
salah satu jalan menangkal material dan sekular adalah melalui tasawuf karena
di dalamnya tersimpan konsep-konsep spiritual Islam yang cukup kaya dan dalam.
B.
Makna
Globalisasi dan Karakteristiknya
Globalisasi berasal dari kata “the globe” (Inggris) atau “la
monde” (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi atau
mondialisation secara sederhana dapat diartikan sebagai proses menjadikan
semuanya satu bumi atau satu dunia. Pada prinsipnya globalisasi mengacu pada
perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi, komunikasi,
transformasi, informasi yang membawa bagian-bagian dunia yang jauh bisa jangkau
dengan mudah.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun
1980-an. Pada tahun 200, Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasikan
empat aspek dasar globalisasi : perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan
investasi, migrasi dan perpindahan manusia dan pebebasan ilmu pengetahuan.
Selain itu tantangan-tantangan lingkungan seperti perubahan iklim, polusi air
dan udara lintas perbatasan, dan pemancing berlebihan dari laut juga ada
hubungan dengan globalisasi. Proses globalisasi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber data sosial0budaya dan lingkungan
alam. [1]
Globalisasi
ditandai dengan berbagai hal, yaitu :
a.
Globalisasi terkait erat dengan
kemajuan inovasi teknologi, arus informasi atau komunikasi yang lintas batas
negara.
b.
Globalisasi tidak dapat dilepaskan
dari akumulasi kapital, semakin tingginya intensitas arus investasi, keuangan, dan
perdagangan global.
c.
Globalisasi berkaitan dengan semakin
tingginya intensitas perpindahan manusia, pertukaran budaya, nilai dan ide yang
lintas batas negara.
d.
Globalisasi ditandai dengan semakin
meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak hanya antar bangsa
namun juga antar masyarakat.
C.
Isu-Isu Penting
Dalam Globalisasi
Globalisasi membawa dampak baik dan buruk, baik ketika kita siap
dan buruk ketika kita gagap. Realitas globalisasi telah menyebabkan terjadinya
pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sifar individualistis serta
mengakibatkan pola hidup masyarakatsemakin dilandasi oleh persoalan persoalan
ekonomi. Hal ini cukup mencemaskan, namun perlu disadari bahwa globalisasi
adalah sebuah proses dan belum menjadi sebuah produk akhir.
Masyarakat modern memiliki sikap hidup yang mengutamakan materi,
memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat, ingin menguasai aspek
kehidupan dan hanya percaya terhadap rumus-rumus pengetahuan empiris saja.
Serta sikap hidup yang positivis yang hanya berlandaskan akal. Pada jiwa
seseorang yang seperti ini dikhawatirkan akan terjadi sesuatu dikemudian hari
seperti yang Allah janjikan akan membuat bencana di darat dan di laut sebagai
peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar.
Dari berbagai persoalan diatas terdapat isu-isu penting dalam
globalisasi adalah sebagai berikut:
1.
Penyalahgunaan ilmu pengetahuan dam
teknologi. Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari
ikatan spiritua, maka IPTEK telah disalahgunakan dengan segala cara implikasi
negatifnya. Kecanggihan dibidang teknologi komunikasi dan lainnya telah
digunakan untuk menggalang kekuatan guna menghancurkan moral umat manusia.
2.
Pendangkalan iman. Sebagai akibat
akibat lain dari pola pikiran keilmuan, khususnya ilmu-ilmu yang mengakui
fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal ilmunya.
3.
Desintegrasi ilmu pengetahuan.
Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu
pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki cara pandang tersendiri
dalam menghadapi masalah yang dihadapi.
4.
Pola hubungan meteralistik. Semangat
persaudaraan dan rasa saling tolong-menolong
yang didasarkan atas panggilan iman sudah tidak nampak lagi, karena
imannya memang sudah dangkal. Pola hubungan satu dan yang lainnya ditentukan
oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat
material.
5.
Menghalalkan segala cara. Sebagai
akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka
manusia dapat dengan mudah menggunakan prinsip menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan.
6.
Kepribadian yang pecah. Karena
kehidupan masyarakat modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan maka manusianya
menjadi pribadi yang terpecah.
7.
Stress dan frustasi. Kehidupan modern
yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus menyerahkan seluruh pikiran,
tenaga dan kemampuannya. Mereka harus bekerja tanpa mengenal batas dan
kepuasan.
8.
Kehilangan harga diri dan masa
depannya. Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan
kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk mempruntukan hawa nafsu dan segala
daya dan cara yang ditempuhnya. Kemudian timbulah penyesalan dikemudian hari.[2]
D.
Respon Tasawuf
Terhadap Isu-Isu Globalisasi
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi
masalah, salah satu cara yang hampir disepakati para ahli adalah dengan cara
mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan bertasawuf. Mengapa sufisme perlu
dimasyarakatkan pada mereka? Jawabnya terdapat tiga tujuan.
Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran
dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangya
niali-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang
aspek esoteris (batin) Islam, baik trhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun non
Islam, khususnya terhadap masyarakat barat.
Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek estoteris
Islam, yakni sufisme, adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini
kering dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lai ajaran islam. Dalam
hal ini Nashr menegaskan tarikat” atau jalan rohani” yang biasnya dikenal
sebagai tasawuf atau sufisme adalah merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan
dalam islam, sebagaimana syari’at berakar pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah.
Intisari ajaran tasawuf sebagaimana faham mistisisme
dalam agama-agama lain, adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan
disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya itu berada
di hadirat-Nya. Orang yang telah sampai pada tujuan tersebut diatas akan
selamat dari jeratan duniawi. Dengan demikian, seseorang yang tidak bisa
melepaskan kaca mata ilmiahnya, lalu beralih pada penglihatan mata hatinya,
maka sulitlah baginya menangkap bayang-bayang Tuhan, mengadakan dialog
dengan-nya. Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintregasikan
seluruh ilmu pengetahuan yang nampak berserakan itu. Karena melalui tasawuf ini
seseorang disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan.
Dengan adanya bantuan dari tasawuf ini maka ilmu
pengetahuan satu dan lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam
satu jalan dan satu tujuan. Hubungan ilmu dengan ketuhanan yang diajarkan agama
islan jelas sekali. Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, dan agama
menentukan arah yang dituju. Selanjutnya tasawuf melatih manusia agar memiliki
ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti Demikian pula tarikat yang terdapat
dalam tasawuf akan membawa manusia memiliki jiwa istiqamah, jiwa yang selalu diisi
dengan nilai-nilai ketuhanan.
Selanjutnya ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan ia
memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan
dirinya sepenuhnya pada Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi bahkan hilang ingatan
alias gila dapat diatasi dengan sikap ridla yang diajarkan dalam tasawuf yaitu
selau pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik
dan hedonistik yang merajalela dalam kehidupan modern ini dapat memerapkan dengan konsep
zuhud, yang pada intinya sikap yang tidak mau diperbudak atau terperangkap oleh
pengaruh duniawi yang sementara itu.[3]
E.
Kesimpulan
Globalisasi berasal dari kata “the globe”
(Inggris) atau “la monde” (Prancis) yang berarti bumi, dunia ini. Maka
globalisasi atau mondialisation secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia.
Globalisasi membawa dampak baik dan buruk, baik
ketika kita siap dan buruk ketika kita gagap. Realitas globalisasi telah
menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi yang kemudian menjelma menjadi sifar
individualistis serta mengakibatkan pola hidup masyarakat semakin dilandasi
oleh persoalan persoalan ekonomi. Kehidupan yang berakhlaq dan bertasawuf
adalah salah satu cara menghadapi era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Subhan Murtado: “Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf di Pondok
Pesantren Dalam Upaya Menghadapi Era-Globalisasi” (Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015).
Munir Amin Samsul: “Ilmu Tasawuf” (Jakarta: Teruna Grapica,
2012).
[2] Subhan Murtado:
“Implementasi Nilai-Nilai Tasawuf di Pondok Pesantren Dalam Upaya Menghadapi
Era-Globalisasi” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015) H 69-72.
[3] Munir Amin
Samsul: “Ilmu Tasawuf” (Jakarta: Teruna Grapica, 2012), H 33.
No comments:
Post a Comment